DUNIA dikejutkan dengan sebuah serangan teror, 15 Maret 2019 lalu di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, yang menewaskan 51 muslim yang sedang melangsungkan shalat Jumat kala itu. Tragedi ini telah membuka mata sekaligus mengetuk jutaan hati manusia di seluruh belahan dunia untuk peduli.
Pasca serangan, ribuan warga Selandia Baru bergandengan tangan untuk menunjukkan solidaritas dan kepeduliannya terhadap muslim yang menjadi korban. Tragedi yang menyisakan kesedihan itup juga menyisakan kenangan dan kesan yang mendalam tentang kemanusiaan.
BACA JUGA: Pasca Teror di Christchurch, Kini Banyak Warga Selandia Baru yang Jadi Mualaf
Pasca tragedi Christchurch, banyak warga Selandia Baru yang dilaporkan menjadi mualaf. Salah satunya Megan Lovelady.
Wanita yang tinggal di Canterbury itu pindah dari Amerika Serikat ke Selandia Baru ketika masih berusia tujuh tahun. Dia kemudian menetap di Christchurch. Megan menjadi salah seorang yang turun langsung ke jalan mengikuti aksi solidaritas terhadap korban teror pada Maret 2019 lalu.
Wanita yang mengaku telah bertahun-tahun merasakan kehampaan dalam hidup itu menemukan kembali ‘cahaya’ setelah terlibat dengan komunitas di sekitarnya pasca teror Christchurch.
“Saya sebenarnya merasa lebih di rumah dan lebih sebagai bagian dari komunitas daripada yang pernah saya miliki dalam hidup saya,” katanya, “Allah memanggilku pulang.”
Beberapa tahun yang lalu, sebuah tragedi pribadi menimpa Megan. Dia menyaksikan sendiri kekasihnya tertabrak kereta api.
“Setelah itu,” kata Megan dengan berlinang air mata, “Aku seperti ‘mengapa aku?’ Mengapa aku yang harus melalui semua ini?”
“Jika Tuhan begitu perkasa dan dia bisa melakukan apa saja, ‘Mengapa dia tidak bisa menyelamatkan aku dari takdir ini?’ Itu mendorongku semakin jauh dari keinginan untuk taat.”
Setelah serangan Christchurch, Megan pergi ke Hagley Park untuk menghadiri sholat Jumat bersama ribuan warga lainnya yang masih belum pulih dari serangan. Dia ingat bagaimana doa Imam sangat menyentuh hatinya.
“Itu ritmis dan itu membuatku merasa di dalam,” kata Megan. “Saya ingin bergabung untuk melakukan gerakan tetapi saya tidak tahu bagaimana – jadi saya hanya berdiri di sana dan saya menangis.”
Megan bukan satu-satunya wanita di negeri Kiwi yang menemukan Islam baru-baru ini. Menurut Imam Nizamul Haq Thanvi dari Asosiasi Muslim Internasional Selandia Baru, semakin banyak warga Selandia Baru yang memeluk Islam.
Imam mengatakan bahwa orang dari segala macam agama datang ke masjid.
“Pākehā, Māori, mantan orang Kristen, bahkan seorang Hindu,” katanya.
Imam Thanvi mengatakan dalam beberapa minggu setelah serangan itu, tiga hingga lima orang sehari telah bertobat di sebuah masjid Wellington.
BACA JUGA: Raja Salman Undang Keluarga Korban Teror Christchurch Berhaji Tahun Ini
Di Manawatu, Ketua Asosiasi Muslim setempat, Zulfiqar Buton, telah bertemu enam orang mualaf dan telah mendengar kabar tentang lebih banyak lagi mualaf.
Masjid Auckland juga melaporkan menerima lebih banyak pengunjung pasca tragedi Christchurch.
Hanya beberapa hari setelah serangan, seorang wanita Inggris dari Nottinghamshire mengunjungi Masjid Ibraheem di kota Beeston untuk memberikan penghormatan dan keluar dari masjid sebagai seorang Muslim.
Pemain rugby All Blacks Ofa Tu’ungafasi juga masuk Islam setelah kunjungan dengan rekan satu tim Muslimnya Sonny Bill Williams ke para penyintas serangan teroris masjid Christchurch.
Menurut Tahir Nawaz, presiden Asosiasi Muslim Internasional Selandia Baru, jumlah Muslim Selandia Baru kini telah mencapai hampir 60.000 orang. []
SUMBER: ABOUT ISLAM