SURIAH–Kota Ariha di Suriah utara tampak seperti tempat terjadinya gempa bumi yang dahsyat, terlihat dari banyaknya balok-balok dan batang-batang besi yang hancur. Namun, puing-puing kehancuran itu menyimpan kenangan mendalam, bagi warganya, terutama di Bulan Ramadhan.
Mengutip Channel News Asia, Rabu (6/5/2020), Tareq Abu Ziad, salah satu warga Ariha, membersihkan sejumlah puing-puing di atapnya guna meletakkan tiga kasur busa untuk diduduki istri dan anak-anaknya ketika mereka makan bersama.
“Sekarang keluarga saya dan saya berada di atas kehancuran,” kata ayah tiga anak berusia 29 tahun itu.
BACA JUGA:Â Israel Bombardir Suriah di Tengah Pandemi Corona dan Bulan Puasa
“Kami menghidupkan kembali ingatan yang sangat sulit dan menyakitkan. Saya berdoa agar Tuhan tidak membiarkan orang lain mengalami ini,” lanjutnya.
Abu Ziad dan keluarganya melarikan diri dari Ariha akhir tahun lalu ketika pasukan pemerintah Suriah yang didukung oleh serangan udara Rusia melancarkan serangan terhadap kota yang saat itu dikontrol oleh militan dan kelompok pemberontak.
Dalam beberapa minggu, sekitar satu juta warga sipil melarikan diri dari serangan di wilayah Idlib yang lebih luas, benteng terakhir oposisi terhadap pemerintah Presiden Bashar al-Assad setelah sembilan tahun perang.
Seluruh populasi Ariha menyelamatkan diri menuju ke utara karena sebagian besar wilayah kota telah rata dengan tanah. Tetapi ketika gencatan senjata disepakati, beberapa warga yang paling miskin sejak itu memilih untuk kembali dan mencari akomodasi murah di tengah reruntuhan rumah mereka. Abu Ziad salah satunya. Ia memutuskan kembali bulan lalu dan menemukan tempat tinggal.
BACA JUGA:Â Khawatir Terpapar Corona di Kamp Pengungsian, Warga Suriah Pilih Tidur di Reruntuhan Rumah
Dia hanya ingin berbuka puasa untuk setidaknya satu kali, di lokasi rumahnya dulu.
“Setiap tahun kami biasa menghabiskan Ramadan di sini dan kami ingin menghabiskan satu hari Ramadan ini di sini,” katanya.
Di sekeliling mereka dan sejauh mata memandang, tidak ada satu pun jiwa. Yang terlihat hanyalah deretan rumah yang hancur sekaligus menyeramkan.
“Yang paling penting adalah kita menghidupkan kembali ingatan kita dan makan di rumah kita,” tambahnya. []
SUMBER: CHANEL NEWS ASIA