Oleh: M Hamka Syaifudin
Mahasiswa STIT Hidayatullah Batam
“Orang yang berakal (cerdik) apabila melakukan kesalahan akan meminta maaf. Orang yang bodoh bila melakukan kesalahan akan berfalsafah (mempertahankan kesalahannya),”
(Imam Asy-Syafi’e)
Mari sejenak kita bercermin, bukan hendak ke tempat kerja, bukan untuk pergi ke mall, bukan pergi ke tempat-tempat keramaian, namun bercermin untuk melihat kekurangan dalam diri masing-masing.
Ya. Dengan bercerminlah kita dapat melihat kesalahan dan kekhilafan yang kita lakukan. Cermin diri sendiri setiap saat sebelum wajah kita di robek di tengah keramaian orang.
Hidup ini sebenarnya sederhana, jika kita tahu arah dan tujuannya. Kebanyakan orang salah jalan karena mereka belum dan paham tentang kehidupan ini. Sekali lagi bercermin untuk diri sendiri, mengoreksi diri lebih penting daripada sibuk membawa kaca kemana -mana untuk setiap orang yang di jumpai.
Terkadang juga kita ingin dipahami orang, di mengerti kemauannya , di layani setiap kebutuhannya, namun kita lupa apakah kita juga sudah punya kemauan dan niat untuk mau berbuat untuk orang lain.
Kadang -kadang kita hanya ingin di mengerti, tetapi tidak mau mengerti orang lain. Kita ingin di hormati namun kita justru menjadi penyebab segala kedukaan dan kemelaratan terhadap orang lain.
Maka sekali lagi mari bercermin. Koreksilah diri sendiri dahulu, bila ada kesalahan dan kekhilafan pada orang lain maka mohon maaf jalan keluarnya.
Bila ada pertikaian dan pertengkaran ajaklah ia mari berdamai. Bila ada kesalahpahaman mari duduk berdiskusi. Indah bukan? Persoalan persoalan seperti itu hanya butuh pengertian dan kemauan kita untuk terlebih dahulu melapangkan hatinya.
Jangan malah kita Sama-sama tidak mau mengalah, akibatnya cermin akan retak dan melukai diri sendiri.
Di dalam dunia ini memang macam -macam hati yang dijumpai, ada yang cepat marah, cepat permohon maafnya, ada yang lama marah, lama juga maafnya, ada juga yang lama marah cepat maafnya, cepat marah lama maafnya. Sehingga kita harus super teliti dalam bergaul dan berkawan. Karena setiap hati itu punya porsi dan kelemahan masing-masing.
Untuk menghindari kesalahpahaman sesama, maka kunci utama yang harus di pegang adalah cermin diri, lebih banyak mengoreksi kesalahan sendiri dan selalu melakukan kebaikan lebih banyak lagi. Hilangkan sifat selalu mencari kesalahan orang lain, sebab itu tidak mendatangkan manfaat sedikit pun bagi kita.
Ingatlah bahwa sesungguhnya hanya Allah swt yang menutupi aib dan kesalahan kita selama ini. Maka jangan pernah bangga dengan kebaikan yang kita goreskan dalam tinta kehidupan. Dan Jangan pernah mencaci dan mencari kesalahan orang lain.
Jadilah diri sendiri sebagai orang yang gemar memberikan maaf, orang yang pandai mengoreksi kesalahan sendiri, orang yang selalu membantu orang sesamanya , orang yang selalu melapangkan hatinya demi membahagiakan orang lain , dan orang yang senantiasa berusaha melakukan sesuatu yang terbaik untuk ummat.
Dengan demikian separuh dari kehidupan ini kita mampu mendadaninya dengan cantik. Kita mampu menciptakan suasana yang harmonis dan sentosa.
Memang terdengar gampang, tetapi penerapannya butuh kerja keras dari semua lapisan masyarakat. Sebab itu adalah tanggung jawab bersama.
Bahagia rasanya kalau semua punya rasa kepedulian terhadap kedamaian dunia, terkhusus negeri tercinta ini.
Mari kita bercermin diri, mari bercermin pada pada kehidupan ini, mari bercermin untuk ketentraman, mari bercermin untuk saling bergandengan tangan menuju Jannah -Nya.
Wallahua’lam. []