KULSOOM Abdullah, wanita muslim berdarah Pakistan-Amerika itu akan jadi satu-satunya hijaber yang bersaing di cabang olahraga angkat besi dalam Kejuaraan Dunia di Thailand. Dia akan mewakili Pakistan di kejuaraan bergengsi tersebut.
Sebelumnya, Kulsoom pernah ditolak masuk kejuaraan angkat besi nasional pada 2010 karena dirinya mengenakan jilbab. Namun, dia tak patah semangat. Tahun berikutnya, dia bersaing lagi sekaligus menentang diskriminasi.
“Itu sangat mengecewakan dan memengaruhi pelatihan saya meskipun saya sudah terbiasa dengan beberapa diskriminasi,” katanya, “Saya sudah berlatih dan berkompetisi di tingkat lokal, jadi ini adalah perasaan yang menggelegar. Dalam retrospeksi, itu semua adalah pengalaman yang mengubah hidup.”
BACA JUGA: Rilis Buku Anak, Atlet Berhijab Ini Kembali Menginspirasi Dunia
Kulsoom telah berkompetisi dalam kompetisi angkat besi Olimpiade sejak 2010, setelah tertarik pada taekwondo.
“Saya tidak tahu apa itu angkat besi ketika saya masih kecil. Tidak ada panutan atau terpikir bahwa saya bisa menjadi atlet, saya tidak pernah mengejar olahraga. ‘Saya mulai tertarik dengan angkat besi di masa setelahnya, ketika saya duduk di pascasarjana. Saya mulai mengambil taekwondo dan beranjak ke sabuk hitam. Untuk menambahnya, saya mulai membangun daya tahan dan kekuatan saya. Pada saat itu, sulit untuk menemukan tenaga dan latihan fisik khusus untuk wanita, sehingga banyak yang saya lakukan sendiri. Saya menikmati menjadi aktif dan ingin terus bekerja pada kekuatan saya bahkan setelah menyelesaikan Ph.D. Ini akhirnya membawa saya ke angkat berat,” cerita Kulsoom.
Rupanya tak hanya berprestasi di bidang olahraga, hijaber satu ini juga punya catatan akademis yang membanggakan. Dia menyandang gelar PhD di bidang teknik Listrik/Komputer di Institut Teknologi Georgia. Sementara teknik mungkin dianggap sebagai karir yang menguntungkan, angkat besi justru pilihan yang tidak biasa bagi wanita muslim seperti Kulsoom.
“[Di gym] biasanya saya bertanya apakah saya panas karena berhijab. Jawabannya adalah ya, saya biasanya (merasakan itu) ketika musim panas, dan tidak ada AC, tetapi di musim dingin saya baik-baik saja, ”katanya.
“Saya pikir karena saya mencoba yang terbaik untuk menemukan lingkungan positif untuk dipelajari dan dilatih, dan difokuskan pada hal itu, saya tidak memperhatikan atau mencari tahu apa yang dipikirkan orang tentang apa yang saya lakukan ini,” imbuhnya.
Kulsoom punya kiat tersendiri dalam menyeimbangkan dunia akademis dan kegiatannya di bidang olahraga angkat besi.
“Itu tantangan. Ketika saya masih di sekolah pascasarjana, dan mengambil taekwondo, saya pada dasarnya tidur, makan, belajar, bekerja, pelatihan, lalu tidur lagi, ”katanya, “Kemudian, dengan angkat besi, saya menikmati olahraga dan ingin tetap melakukannya setidaknya untuk kesehatan mental dan fisik saya sendiri. Saya berusaha memastikan bahwa saya merawat diri sendiri, dan beristirahat selama liburan sehingga saya bisa berenergi kembali.”
BACA JUGA: Meski Berhijab, Muslimah Ini Tetap Berprestasi Jadi Atlet Angkat Beban
Selain Kulsoom, sederet hijaber lain pun tercatat pernah menorehkan sejarah di bidang olahraga yang lazimnya didominasi pria. Sebut saja Ibtihaj Muhammad dari Amerika Serikat. Dia memenangkan medali Olimpiade pertamanya di Olimpiade Musim Panas 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. Dia mengukir sejarah sebagai wanita Muslim Amerika pertama yang bersaing di Olimpiade tanpa melepaskan hijabnya.
Ada pula, Putri seluncur es Emirati muda, yakni Zahra Lari. Dia menarik perhatian di Olimpiade Musim Dingin di Sochi setelah menunjukkan bakatnya dalam melakukan lompatan dengan kekuatan dan keanggunan sambil dalam balutan hijab yang jadi kebanggaannya.
Di cabang angkat besi sendiri, Kulsoom tak sendiri. Ada Amna Al Haddad, atlet angkat besi Emirati yang berusia 26 tahun. Dia adalah hijaber pertama yang bersaing di Arnold Weightlifting Championship di Ohio pada 2013. []
SUMBER: METRO.UK