SAAT kita merasakan jenuh tinggal di rumah, tak bisa jalan-jalan, dan terbatas melakukan kegiatan. Sungguh di belahan bumi sana, ada orang-orang yang merindukan apa yang kita keluhkan saat ini.
Tinggal di rumah itu kerinduan bagi mereka yang tak punya rumah, tak ada perlindungan, terancam hendak dianiaya, dan terusir hendak dibunuh.
Palestina, Suriah, Xianjiang, Rohingya adalah fakta di depan mata. Bila hari ini kita mengeluh karena bosan, sesungguhnya tak seberapa dibandingkan apa yang mereka rasakan.
BACA JUGA: Khawatir Muncul Covid-19 di Kamp Pengungsi Rohingya, Bangladesh Ambil Tindakan Antisipasi
Saat siang kepanasan, saat malam kedinginan. Saat terik mentari kegerahan, saat hujan basah kuyup kerepotan.
Saat lapar tak ada makanan, saat haus tak ada minuman, dan saat sakit tak ada obat yang menyembuhkan. Bahkan saat anak-anak merindukan pelukan kasih sayang, tak ada lagi ayah ibu yang memberi kehangatan.
Saat istirahat sejenak, kaget karena bentakan, dikejar musuh, ditodong senjata, ditendang sepatu keras, dan dipukul pohpor bedil hingga darah bercucuran. Sudah kering air mata, lisan kelu susah berkata.
Terpaksa mereka pergi melanjutkan perjalanan, entah ke mana, tak jelas tujuannya. Yang pasti harus pergi, harus menghindar menyelamatkan diri.
Saya sembarang mengambil foto via google. Foto sebuah perahu yang membawa pengungsi Muslim Rohingya. Lihatlah sosok mereka, tatap wajah kosongnya, dan perhatikan mata sendunya. Ada duka, ketakutan, dan harapan di sana. Bagi mereka, tinggal di rumah adalah kerinduan.
Tapi sebagian masyarakat berkata lain.
“Diam di rumah itu tak bisa makan, bisa mati kami karena kelaparan.”
Sungguh, yang ini pun saya tak bisa menyanggahnya. Maka bersyukur bagi mereka yang bisa tinggal di rumah dan punya bekal yang mencukupi kebutuhan.
BACA JUGA: Indonesia Kembali Berduka, 2 Dokter Gugur di Tengah Pandemi Corona
Bagi yang tetap harus keluar, selalu jaga diri dan senantiasa berhati-hati. Semoga sehat, selamat dari wabah yang hari ini tengah melanda negeri kita. Semoga pemerintah memberikan solusi dalam hal ini.
Bila tidak?
Selama ini rakyat biasa mencari makan sendiri, sakit berobat dengan biaya sendiri, dan sekolah pun bayar sendiri. Negara tak memberi makan rakyat kecil, mereka tak mengeluh dalam kondisi normal.
Tapi saat genting seperti ini, harus turun tangan. Buat apa ada negara kalau rakyat kelaparan dibiarkan sendirian?
[]