ADA kisah cinta suci antara Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, cinta yang luar biasa indah, cinta keduanya menyejarah.
Cinta mereka selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah satukan mereka dalam ikatan pernikahan.
Ali bin Abi Thalib terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah itu.
Ali bin Abi Thalib adalah pemuda yang gagah, tampan, kuat, dan cerdas. Semenjak kecil Ali tinggal bersama Rasulullah. Ali adalah satu dari orang-orang yang pertama masuk Islam.
Ali bin Abi Thalib yang tinggal bersama Rasulullah ﷺ banyak mendapat ilmu langsung dari Rasulullah. Rasul sangat menyayangi keponakannya ini,
Sedang Fatimah Az-Zahra adalah putri kesayangan Rasul dari pernikahan beliau dengan Siti Khadijah. Ia perempuan yang tegar, cantik, baik, dan lembut.
Mereka berdua tinggal dan melewati hari-hari bersama sejak kecil. Hingga menjelang remaja, tumbuhlah rasa cinta Ali bin Abi Thalib kepada Fatimah.
BACA JUGA: 4 Nasihat Ali bin Abi Thalib pada Hasan, Anaknya
Walau hatinya dipenuhi keinginan untuk selalu berada disamping Fatimah. Tapi Ali bin Abi Thalib adalah pemuda yang beriman. Ali berusaha untuk selalu menjagahatinya.
Ia pendam rasa cinta itu bertahun-tahun. Ia simpan rasa cinta itu jauh didalam lubuk hatinya. Fatimah pun tidak pernah tahu perasaan itu.
Hingga ketika Ali bin Abi Thalib telah dewasa dan telah siap untuk menikah, maka Ali pun berniat menghadap Rasul dengan tujuan ingin melamar Fatimah.
Tapi sayang, niat Ali telah didahului oleh Abu Bakar yang sudah duluan melamar Fatimah. Ali pun harus ikhlas bahwa cintanya akan berakhir pupus.
Siapa yang tak kenal Abu Bakar? Beliau adalah sahabat setia Rasul yang sangat shalih dan begitu sayang kepada Rasul, dan Rasul pun menyayanginya.
Sedangkan Ali bin Abi Thalib merasa dirinya hanyalah seorang pemuda yang miskin. Sungguh jauh bila dibandingkan dengan seorang mulia seperti Abu Bakar, pikirnya.
Rencana Allah memang sulit ditebak oleh manusia, ternyata Rasulullah hanya diam ketika Abu Bakar melamar Fatimah, putri belau.
Diamnya Rasulullah berarti belaiu menolak secara halus lamaran Abu Bakar. Ali pun senang, karena merasa memiliki kesempatan melamar Fatimah.
Namun sungguh sayang sekali, lagi-lagi Ali bin Abi Thalib didahului oleh Umar bin Khatab.
Lagi-lagi, hati Ali tersayat, Ali sangat bersedih.
Sama seperti ketika lamaran Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib merasa tak ada harapan lagi. Lagipula, apakah cukup dengan cinta ia akan melamar Fatimah?
Karena ia hanyalah seorang pemuda biasa yang mengharapkan seorang putri Rasul yang luar biasa. Sangat jauh bila dibandingkan dengan Umar.
Umar adalah seorang keturunan bangsawan yang gagah dan berkharisma. Dan, Ali yakin Fatimah pasti akan bahagia bersama Umar.
“Aku mengutamakan kebahagiaan Fatimah diatas cintaku,” bisik Ali bin Abi Thalib dalam hati.
Ia pasrahkan semuanya kepada Allah.
Sungguh rencana Allah memang paling Indah. Kesabaran Ali berbuah manis, lamaran Umar ternyata bernasib sama dengan lamaran Abu Bakar.
Bahkan Rasul menginginkan Ali bin Abi Thalib untuk menjadi suami Fatimah. Karena Rasul sudah lama tahu bahwa Ali telah lama memendam rasa cinta kepada putrinya.
Ali sangat bahagia dan bersyukur. Ia melamar Fatimah melalui Rasul.
Tapi, Ali bin Abi Thalib malu kepada Rasul karena tak memiliki sesuatu untuk dijadikan mahar.
Namun, sungguh mulia akhlak Rasul. Beliau tidak membebankan Ali. Rasul berkata: “Nikahilah Fatimah walaupun hanya bermahar cincin besi.”
Akhirnya, Ali menyerahkan baju perangnya untuk melamar Fatimah. Rasul pun menerima lamaran itu. Kesabaran Ali dalam cinta berbuah manis.
BACA JUGA: Kisah Sedekah Ali bin Abi Thalib dan Fatimah
Fatimah pun mematuhi ayahnya serta siap menikah dengan Ali. Akhirnya Ali pun menikah dengan Fatimah, perempuan yang telah lama ia cintai.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cinta kepada Ali bin Abi Thalib sejak lama.
Dalam suatu riwayat, setelah mereka menikah, Fatimah berkata kepada Ali…
“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasa jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”.
Ali bin Abi Thalib pun heran dan bertanya mengapa Fatimah tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya…
Ali sangat bersedih, ia merasa bersalah setelah mendengar pernyataan itu. Bahkan, Ali rela melepas Fatimah, demi kebahagiaan cintanya.
Sambil tersenyum Fatimah menjawab. “Pemuda itu bernama Ali bin Abi Thalib, pemuda itu adalah dirimu sang pujaan hatiku”. []
SUMBER: THE DOWN TO EARTH