MANUSIA telah dikaruniai rasa cinta oleh Allah SWT. Karena cinta, seorang ayah rela bekerja keras demi menafkahi keluarganya. Karena cinta pula, seseorang bisa menghalalkan segala cara demi meraih harta maupun kekuasaan, meski harus berbuat zalim pada saudaranya.
Begitulah cinta, selalu memiliki dua sisi. Bisa membahagiakan bisa pula menciptakan penderitaan. Cinta akan melahirkan jiwa-jiwa yang kuat. Dengan syarat, cinta itu harus karena Allah SWT.
BACA JUGA: Saling Mencintai karena Allah
Sebagai pejuang takwa kita harus merasakan cinta yang berakhir bahagia. Karena cinta dari zaman dahulu sampai hari akhir adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari manusia. Bahkan hampir mengambil sebagian sendi kehidupan kita.
Lalu, cinta yang bagaimana membuat derita?
- Ketika cinta itu tidak diperuntukkan kepada Allah SWT.
Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah. Ibadah itu bukan hanya sekedar sholat, puasa, zakat dll. Tapi ibadah itu yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Maka jadikan ibadah kita sebagai tanda dan bukti cinta kita kepada Allah SWT. - Ketika cinta itu menyebabkan banyaknya pelanggaran.
Seperti cinta yang memabukkan, tidak terjaganya penglihatan dan pendengaran lalu mengerjakan maksiat. - Cinta yang mengajak kita menjauh dari Allah SWT. Karena tidak mengerjakan perintah-perintah-Nya.
Bagaimana cinta yang membahagiakan?
BACA JUGA: Ada Cinta di Balik Surat Al-Ashr
Bahagia itu saat kita banyak-banyak bersyukur. Mensyukuri tiap pemberian Allah, tiap takdir Allah.
Cinta adalah rasa yang menelusup dihati tanpa ada sebab, itulah cinta sejati. Cinta karena Allah menghendaki.
Jadi, jika ada yang mengatakan dirinya mencinta dengan mengikutkan beberapa syarat dunia, bisa dipastikan itu bukan cinta sejati karena Allah SWT. []
SUMBER: MIM