EMANG betul kata pepatah lama, orang seumpama udah cinta maka kotoran ayam niscaya kerap dirasa coklat. Apa Saudara pernah mengira apa makna dari si pepatah lama? Makna sederhananya, cinta membuat gelap mata. Nggak pake logika, apapun diterima kalau sudah cinta. Padahal ini berbahaya. Gimana nggak bahaya, bisa saja yang dicinta berbuat khilaf sehingga jadi dosa, tapi eh kitanya tetab aja setia membela.
Misalnya saja ya, seorang wanita suka pada seorang pria. Si pria jelas-jelas mengajak dosa pada Sang Pencipta. Eh, si wanita nurut saja. Si wanita niscaya tak punya rasa bahwa apa yang diajak si pria sungguh merugikan dia akhirat dan dunia. Dosa pria ke wanita yang belum halal karena akad biasanya berkutat soal zina. Nah, zina akan membuka semua kerugian utamanya buat si wanita. Karena zina, si wanita jadi berbadan dua, minta dinikahkan, apa daya si pria sudah tahu entah kemana. Jadilah si wanita bermuram durja. Sementara badannya terus membesar jua, namun dia tak punya apa untuk menjaga.
Ada lagi cinta buta serupa. Cinta pada tokoh penguasa. Kubu sini maupun kubu sana, sama saja. Cinta buta ini juga membuat gelap mata. Orang yang menderita cinta buta ini serupa, tak bisa menerima kekurangan yang dicinta. Apapun katanya bagai sabda diterima tanpa syarat kata. Padahal, ini juga berat akibatnya. Bagaimana jika yang dikata itu malah mengajak pada dusta atau nista. Jika ada yang tak sekata, langsung saja dikirim: “Udah pergi sana pindah Negara”. Padahal, kita semua sama cinta Indonesia.
Tapi yang tak terima cinta buta juga jangan sama gelap mata. Tak bisa melihat bahwa yang dicinta kubu sebelah sana juga sama bekerja untuk Indonesia. Sama melakukan hal yang dicinta oleh kita semua. Cuma caranya beda saja. Boleh saja tak suka, tapi jangan jadi tak masuk logika menghalalkan segala cara. Cuma catatannya, ya orang kalau mau pilih yang dicinta, boleh juga dong dilandaskan agama. Karena itu memang sudah perintah dari Sang Maha Kuasa. Toh, sesama penganut agama sana juga sama memilih yang dicinta keyakinan tak berbeda.
Baiknya, cinta itu jangan sampai buta dan jadi gila. Cintailah siapa saja sewajarnya. Bencilah jua sekadarnya. Belajarlah pada Abu Bakar sahabat Nabi setia. Perang Uhud masa, anak Abu Bakar adalah Abdullah punya nama, ada di barisan kaum Quraisy sana, sedang Abu Bakar pertama sudahlah jadi Muslim pembela.
Usai masa itu perang yang menderita, Abdullah nyatakan Syahadat pengikat tanda ikut Rasul bawa agama. Ia berkata pada Abu Bakar sang bapak, “Semasa Uhud, sebisa-bisa aku menghindarimu agar tak harus beradu senjata.” Tapi jawaban Abu Bakar sungguh membuat semua orang terpana, “Pada itu masa, aku sebenarnya mencari-carimu, hai Putra, agar aku bisa menghabisimu seketika. Pada itu masa, ikatan antara kita hanyalah aqidah agama belaka, bukan anak dan bapak dan tak ada lainnya.” []