ORANG ini diberi gelar oleh para sahabat, “Kesayangan, putera dari kesayangan”. Dia adalah Usamah bin Zaid, orang yang derajat kesayangan Nabi kepadanya dan kepada bapaknya, lebih tinggi daripada Abdullah bin Umar, atau bahkan kepada Umar bin Khattab.
Sampai ketika Nabi berada di hadapan rombongan sahabatnya, ia berkata, “Aku persaksikan kepada kamu sekalian bahwa Zaid ini adalah puteraku, yang akan menjadi ahli warisku dan aku akan menjadi ahli warisnya. . . !”
BACA JUGA: Hudzaifah bin Yaman, Sahabat yang Bisa Melihat Tanda Kemunafikan
Maka terkenallah namanya di kalangan Kaum Muslimin sebagai Zaid bin Muhammad. Sampai saat dihapusnya kebiasaan mengambil anak angkat oleh Al-Quranul Karim.
Usamah ialah putera dari sepasang suami istri yang mulia yang termasuk golongan pertama yang masuk Islam. Ia juga termasuk putera Islam yang murni yang dilahirkan dalam keislaman dan disusukan dari sumber yang suci jauh dari kotoran debu Jahiliyah yang gelap gulita.
Walaupun usianya masih muda belia, tetapi ia telah menjadi seorang Mu’min yang tangguh dan kuat. Ia pun seorang yang amat cerdas dan rendah hati. Serta mati-matian tak kenal batas berjuang di jalan Allah dan Rasulnya.
Ketika Nabi memasuki Ka’bah, beliau diapit oleh dua pria yang dibungkus oleh kulit yang hitam pekat. Tetapi kalimat-kalimat Allah yang memenuhi rongga dada Bilal dan Usamah yang suci telah menyepuh kulit mereka itu dengan cahaya yang gemilang, melambangkan kemuliaan dan ketinggian. Seperti dalam firman Allah: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah, ialah yang paling takwa.” (Qs Al-Hujurat 13).
BACA JUGA: Nabi dan Para Sahabat Juga Bekerja untuk Kehidupan Keluarganya
Sampai pada tahun 54 Hijriah, hati Usamah sudah amat rindu sekali hendak berjumpa dengan Allah, hingga ruhnya telah resah gelisah dalam rongga dadanya, ingin segera kembali ke tempat asalnya.
Maka terbukalah pintu-pintu surga, untuk menyambut salah seorang yang gemar beramal baik dan takwa. []
Sumber: Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat Rasulullah/Pengarang: Khalid Muhammad Khalid/Penerbit: Diponegoro. Edisi/ Cet ke, : Cet 20. Tahun Terbit: 2006
Redaktur: Dini Koswarini