SETIAP hari dirimu mengaku beriman kepada Allah. Kau bersaksi bahwa hidup dan matimu untuk Allah. Apakah cinta pada Allah, yang kau ucapkan itu semu?
Allah segala galanya yang berkuasa. Dia juga yang mengatur hidupmu. Mengaku cinta hanya kepada Allah.
Kalau mau jujur, berapa waktu yang kau gunakan untuk melakukan perkara yang dicintaiNya. Benarkah Allah sudah mendominasi dalam setiap langkahmu?
Jangan jangan semua itu semu.
Saat kau sakit, apakah kau langsung mengingat Allah yang bisa menyembuhkanmu? Jangan-jangan kau lebih cepat mengingat obat atau dokter yang akan menyembuhkanmu.
BACA JUGA: 6 Hal Pengundang Pertolongan Allah kala Menghadapi Badai
Cinta pada Allah, Hartamu Kemana?
Uang dan hartamu, sudahkah lebih banyak dikeluarkan di jalan Allah? Mungkin selama ini uang habis hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan duniawi semata.
Menunaikan hak Allah apakah sudah melebihi dari hak yang lain? Ternyata ketika panggilan sholat, kau masih saja sibuk dengan tugas duniamu.
Perlakuanmu kepada pasangan, anak dan manusia ternyata melebihi dari apa yang kau persembahkan untuk Allah. Pelayanan kepada pasangan, kesibukan untuk anak, pengharapan kepada manusia semua ternyata melebihi apa yang telah kau berikan untuk Allah.
Sayang, cintamu pada Allah hanyalah cinta semu. Kau mendekatNya saat kau butuh, bukankah itu menjadikan Allah sebagai pelampiasan.
Cinta pada Allah, Kau Disibukkan dengan Apa yang Dia Cintai
Ingatlah, bahwa ketika kau mencintai Allah, kau akan disibukkan dengan apa yang Dia cintai, begitupun sebaliknya.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
“Barangsiapa yang dicintai oleh Allah, maka ia akan “diperkerjakan” oleh Allah pada semua hal yang dicintaiNya”
(al ‘Ubudhiyyah 113)
Saat kau mencintai Allah, segala perkara akan selalu kau sandarkan kepadaNya. Saat kau membutuhkan sesuatu yang kau ingat hanyalah Allah dan meminta hanya kepadaNya saja.
Sejatinya manusia terkadang lupa melibatkan Allah dalam setiap urusan. Padahal urusan akan tuntas jika diserahkan padaNya.
Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan:
“Dahulu para salaf meminta kepada Allah dalam shalatnya, semua kebutuhannya sampai-sampai garam untuk adonannya dan tali kekang untuk kambingnya.” (Jami’ Al Ulum wal Hikam, 1/225).
Cinta pada Allah, Dahulukanlah Allah
“Hendaklah salah seorang dari kalian senantiasa meminta kebutuhannya kepada Tuhan sampai pun ketika meminta garam, sampai meminta tali sandalnya ketika putus.” (HR. at-Tirmidzi)
BACA JUGA: Astaghfirullah, Inilah Penyebab Terhalangnya Seseorang Melakukan Shalat Malam
Dahulukan Allah, Allahpun akan mendahulukanmu. Jika mengakhirkan urusan akhirat, Allahpun akan mengakhirkan semua kebaikan untukmu.
“Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam melihat sebagian sahabatnya berlambat-lambat untuk shalat. Lalu beliau bersabda: ‘Bersegeralah kalian untuk shalat dan sempurnakanlah shalat bersamaku (jangan masbuk). Sehingga orang-orang yang datang setelah kalian juga bisa menyempurnakan shalatnya. Orang yang senantiasa berlambat-lambat untuk shalat sungguh Allah akan akhirkan (semua kebaikan) untuknya” (HR. Muslim, no. 438).
Wallahu a’lam bi showab. []
Tulisan ini ditujukan khususnya untuk penulis