SUATU kali Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berjalan jauh dengan tiga orang sahabat. Ketika terasa lapar, salah seorang sahabat mengatakan, “Aku akan menyembelih unta untuk dimakan.” Satunya lagi mengatakan, “Aku akan menyiapkan alat pemotong yang tajam.” Satunya lagi mengatakan, “Aku akan menyiapkan perapian.”
Dan tiba-tiba Rasul shalallahu alaihi wasallam mengatakan, “Aku akan mencari kayu bakar.”
BACA JUGA: Cara Mendidik Rasulullah Lahirkan Muslim Saleh dan Tangguh
Sontak tiga sahabat itu mengatakan, “Biarkan kami yang berkerja, ya Rasul.”
Dan Rasul pun mengatakan, “Kenapa tak kalian beri kesempatan buatku untuk ikut beramal?”
Sebuah ayat di akhir Surah At-Taubah mengabadikan kasih sayang Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pada para sahabatnya. “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. 9: 128).
BACA JUGA: Detik-detik Wafatnya Rasulullah
Tanpa dituntut, dipaksa, dan diancam dengan hukuman pun para sahabat begitu menaruh hormat dan patuh kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. “Engkau lebih kucintai lebih daripada kecintaanku kepada diri dan keluargaku sendiri, ya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam,” ucap Umar bin Khaththab kepada Rasulullah suatu kali.
Inilah kenyataan yang patut disimak. Bahwa, penghormatan, kepatuhan para sahabat kepada Rasulullah bukan lantaran takut. Tapi lebih karena cinta. Mereka akan terus memegang perkataan, perbuatan Rasul sebagai tuntunan hidup buat selamanya. Terwariskan turun temurun kepada generasi berikutnya. []