ATRIBUT paling mendasar dan esensial dari sebuah pernikahan Muslim adalah keyakinan bersama yang mengikat pasangan tersebut. Karena Islam adalah cara hidup dan bukan hanya agama yang terbatas pada ibadah mingguan, itu menjadi bagian integral dari kehidupan seorang Muslim. Ini jadi kerangka acuan yang memudahkan komunikasi dan berbagi nilai.
Iman memainkan peran penting dalam mengembangkan hubungan yang penuh kasih. Misalnya, seperti yang dikatakan Nabi Muhammad SAW:
“Bahkan jika seorang suami menaruh sepotong makanan di mulut istrinya, dia mendapat pahala untuk perbuatan ini dan Allah meningkatkan ikatan cinta di antara mereka.”
Jadi ketika kita saling mencintai karena Allah, kita benar-benar meningkatkan keimanan kita.
Berikut ini beberapa hal yang harus dipelihara agar tercipta hubungan yang harmonis dengan pasangan. Semuanya dirangkum dalam 4F+1P.
1 Forgive (Memaafkan)
Ketika Nabi Muhammad bertanya kepada para sahabatnya, “Apakah kamu berharap Allah mengampunimu?”
Mereka berkata, “Tentu saja ya Nabi Allah.”
Dia menjawab, “Maka saling memaafkan lah.”
Salah satu komponen utama dari sebuah pernikahan yang bahagia adalah bahwa pasangannya mampu memaafkan, tidak menyimpan dendam atau bersikap menghakimi satu sama lain.
Diharapkan bahwa ketika kita tinggal dengan seseorang, situasi dapat muncul ketika kita akhirnya mengatakan atau melakukan hal-hal yang menyakiti pasangan kita. Tantangannya bukanlah untuk terus memikirkan atau menyalahkan, tetapi untuk melewatinya.
Ini hanya bisa terjadi jika kita tidak terlalu sombong untuk meminta maaf dan kita tidak pelit untuk memaafkan. Jika kita berharap Allah mengampuni kita maka kita harus belajar memaafkan.
2 Forget (Melupakan)
Ketika kita terus-menerus mengingatkan pasangan kita setiap saat mereka mengecewakan atau menyakiti kita, kita belum benar-benar memaafkan. Hal-hal yang terjadi di masa lalu harus dibiarkan begitu saja dan tidak digunakan sebagai amunisi baru dalam situasi baru. Pasangan yang menggunakan teknik ini biasanya jatuh dalam kebiasaan dan menjadi korban kepicikan mereka sendiri, tidak dapat membebaskan diri.
3 Fleksibel
Banyak pasangan yang tidak perlu membuat diri mereka sendiri sengsara karena mereka tidak mau sedikit ‘membungkuk’. Kita seharusnya tidak mengharapkan pasangan kita menjadi perpanjangan tangan kita. Mereka adalah diri mereka sendiri dengan kepribadian, suka dan tidak suka.
Kita harus menghormati hak mereka untuk menjadi diri sendiri selama tidak mengkompromikan Dien (agama) mereka. Menjadi tidak fleksibel dan tidak mengakomodasi perbedaan individu mengarah pada suasana rumah yang sangat menegangkan dan tegang.
4 Friendship (Persahabatan)
Aspek pernikahan ini memiliki tiga komponen:
1. mengembangkan persahabatan dengan pasangan kita. Hubungan yang didasarkan pada persahabatan lebih mampu menahan tekanan dari luar. Kami menghormati, mempercayai, menghormati, menerima dan merawat teman-teman kami, terlepas dari perbedaan kami. Ini adalah aspek persahabatan yang harus kita bawa ke dalam pernikahan kita.
2. Memiliki hubungan persahabatan dengan mertua. Ketika pasangan bersaing tentang siapa orang tua yang lebih penting, itu menjadi sumber kesedihan yang terus-menerus. Banyak waktu yang terbuang percuma untuk mencoba meyakinkan, satu sama lain yang orang tuanya paling diinginkan. Lebih baik kita menerima, bahwa pasangan kita tidak dalam semalam jatuh cinta dengan orang tua kita hanya karena kita menginginkannya. Selama mereka menjaga hubungan persahabatan yang bersahabat dan berdasarkan rasa saling menghormati kita tidak boleh memaksakan masalah tersebut.
3. lingkaran pertemanan kita. Tidak masalah memiliki teman individu dengan jenis kelamin yang sama tetapi pasangan juga harus berusaha memiliki teman keluarga agar mereka dapat bersosialisasi bersama. Jika ada gesekan yang disebabkan oleh persahabatan tertentu, itu tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan pernikahan. Nabi Muhammad menasihati kita untuk memilih orang yang takut akan Tuhan sebagai teman karena kita cenderung mengikuti jalan mereka. Teman harus menjadi sumber kegembiraan dan bukan kerusakan.
5 Fun (Menyenangkan)
Pasangan yang tidak tertawa bersama harus berusaha berbagi waktu yang menyenangkan. Nabi SAW juga meluangkan waktu untuk kegiatan yang menyenangkan bersama istinya. Nabi pernah berlomba lari dengan Aisyah.
Kegiatan sederhana yang menyenangkan seperti jalan-jalan sederhana di taman tentu dapat menambah banyak percikan pada hubungan. Berolahraga bersama atau menonton film lucu juga bisa jadi cara lain untuk berbagi tawa.
6 Patient (Kesabaran)
Sabar adalah alat yang paling berguna untuk dimiliki dalam mengatur gaya hidup yang sehat. Sabar menempatkan kita dalam kerangka berpikir yang proaktif, hal itu membawa kita lebih dekat kepada Allah melalui tawakkul (amanah) dan ketergantungan. Kita mengembangkan mekanisme batin yang memberdayakan kita untuk menangani saat-saat sulit dalam hidup. Seperti yang dinyatakan dalam Firman Allah:
“Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS Al Ashr) []
SUMBER: ISLAMIC INFORMATION