KESIBUKAN masing-masing pasangan adakalanya membuat hubungan suami-istri menjadi dingin, tak sehangat dulu. Membayangkan masa lalu, betapa indahnya menjadi pengantin baru. Hati berbunga-bunga, dunia seakan milik berdua.
Seiring perjalanan waktu, saat usia pernikahan kian bertambah, romantisme itu seakan hilang, gairah cinta seakan pudar, bahkan serasa hambar. Rutinitas kerja yang menyita waktu, menimbulkan rasa jemu. Pulang ke rumah dalam keadaan lelah, dan esoknya harus kembali beraktivitas seperti biasa.
Belum lagi urusan anak, kadang membawa pekerjaan dan permasalahan kantor setiba di rumah. Begitu seterusnya, seakan pekerjaan dan permasalahan rumah tangga tak ada habis-habisnya. Akibatnya, hidup serasa monoton, dan memberi pengaruh pada hubungan seksual suami-istri yang tak lagi bergairah.
BACA JUGA: Hubungan Suami Istri Itu Sedekah, Maksudnya?
Rutinitas itu kemudian menimbulkan kecurigaan masing-masing pasangan. Istri berprasangka suami punya wanita idaman lain dan tak mencintainya lagi, Begitu juga suami menyangka istrinya sudah uzur, tak lagi membuatnya bergairah.
Menurut pakar seksologi, frekuensi hubungan suami istri yang ideal adalah 1-4 kali per minggu, yang biasanya menurun sesuai dengan bertambahnya usia perkawinan dan proses penuaan. Stres fisik dan stres psikis (misalnya kelelahan) dapat menurunkan frekuensi hubungan seks pasangan suami isteri, apalagi jika hubungan seks tersebut dilakukan secara monoton, tanpa teknik dan variasi-variasi yang baru.
Lebih lanjut dikatakan, perubahan postur tubuh akibat kegemukan, juga dapat dapat mengurangi gairah suami untuk melakukan hubungan. Frekuensi jima’ — satu minggu sekali — masih normal untuk suami. Jika menginginkan lebih, suami dapat melakukan cara-cara dan teknik komunikasi yang baik.
Itulah sebabnya sangat dianjurkan, untuk mengatasi kebosanan dan kembali membangkitkan gairah, hendaknya mencari suasana baru, atau tempat-tempat romantis. Seperti tamasya ke luar kota dengan menginap semalam atau beberapa hari di hotel atau penginapan yang dirasa nyaman. Seperti halnya bulan madu pengantin baru. Hati yang tak disertai beban pikiran yang berat, membuat hubungan suami-istri akan kembali bergairah.
BACA JUGA: Kamasutra Islami Teknik Jima Menurut Syariat
Ketahuilah, salah satu ibadah yang paling besar di dalam Islam adalah berkhidmat kepada isteri. Rasulullah bersabda, “Duduknya seorang lelaki dengan isterinya kemudian membahagiakan isterinya, pahalanya sama dengan orang yang itikaf di masjidku.”
Romantisme Rasulullah
Jika masing-masing pasangan selalu beralasan sibuk sehingga tidak punya waktu untuk bermesraan. Bukan hanya suami yang sibuk bekerja, mengejar obsesinya, atau bahkan sibuk dengan urusan umat. Hal ini tentu bertolak belakang dengan keteladanan Rasulullah Saw. Beliaulah manusia paling sibuk di dunia, paling banyak beribadah, paling serius berdakwah, hingga memimpin negara, semua beliau lakukan.
Namun, di tengah kesibukan itu, Rasulullah tetap mengalokasikan waktu untuk istrinya, menciptakan momen-momen romantis yang membuat kehidupan pernikahan kian hangat dan penuh kasih sayang. Selain hal-hal rutin di dalam rumah, Rasulullah juga mengajak istrinya menikmati suasana romantis di luar rumah. Mulai dari membonceng istri hingga lomba lari.
Suatu ketika Rasulullah mengendarai hewan tunggangannya bersama istri tercinta. Dengan berboncengan, suami istri menjadi lebih dekat secara fisik dan psikologis. Mereka bisa saling bercengkrama dan bicara santai berdua.
Rasulullah juga punya cara tersendiri untuk keluar bersama istrinya. Salah satu caranya, di tengah kesibukan Rasulullah yang sangat padat di waktu siang, beliau mengajak istrinya jalan-jalan di waktu malam. Tidak perlu jauh, yang penting bisa bermesraan berdua. “Rasulullah apabila datang waktu malam, beliau berjalan bersama Aisyah dan berbincang-bincang dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
BACA JUGA: Mengapa Hubungan Suami Istri Itu Menyehatkan?
Teladanilah Rasulullah, beliau mengalokasikan sebagian waktu untuk membangun romantisme bersama istrinya. Rutinitas bukan malah menambah produktivitas kerja, justru malah sebaliknya. Menciptakan romantisme menjadi terapi bagi pasangannya, bukan hanya kembali bergairah, tapi juga kembali memiliki semangat hidup yang menjemukan.
Suasana baru inilah yang kembali menumbuhkan cinta dan kasih sayang, seperti penganti baru. Mulai sekarang, cobalah mengagendakan kembali waktu untuk berbulan madu, dan jadilah pengantin baru forever atau selamanya. Insya Allah keluarga sakinah mawaddah warahmah akan tercipta. []