KONDISI depresi atau kelainan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat terus-menerus, bukan hanya bisa terjadi pada orang dewasa. Anak-anak pun bisa mengalaminya. Hal tersebut akan sangat memengaruhi anak dalam berpikir dan berperilaku, serta dapat memicu berbagai masalah fisik maupun emosi. Pemicunya bisa jadi banyak hal, antara lain karena masalah di sekolah, keluarga, tekanan sosial, atau memang memiliki riwayat masalah kesehatan mental.
Anak yang tampak sedih tidak berarti selalu dalam keadaan depresi. Ada beberapa tanda yang khas. Jika muncul tanda-tanda berikut, anak membutuhkan pertolongan segera. Bisa mengajaknya berkonsultasi dengan psikolog dan psikiater.
BACA JUGA: Berdialog dengan Anak
Apa saja gejala anak sedang mengalami depresi? Berikut tandanya, seperti dikutip dari KPAI.
- Anak mudah tersinggung dan marah bahkan ketika tidak ada hal yang membuatnya marah. Sangat sensitif terhadap penolakan, lebih tergantung pada orang dewasa atau orangtua dan lebih cengeng dari biasanya.
- Anak kehilangan rasa tertarik walaupun pada hal yang biasa membuatnya antusias
- Anak kesulitan dalam berinteraksi dan enggan untuk lebih dekat dengan orang lain termasuk keluarga dan orangtua
- Sulit konsentrasi terhadap berbagai hal yang biasa dikerjakannya
- Kehilangan nafsu makan pada anak secara drastis
- Suka menyakiti diri sendiri dan sengaha melibatkan diri dalam masalah
Sama seperti orang dewasa anak-anak mengalami perubahan perasaan. Mereka bisa merasa bosan, cemas, sedih, kecewa, malu, dan takut. Orang dewasa yang memiliki kematangan psikologis cenderung tahu bagaimana mengontrol perasaan-perasaan tersebut. Sementara anak-anak, cenderung belum bisa mengontrol dan mengelolanya dengan cara yang baik dan sehat. Penting untuk mengajari mereka keterampilan menghadapi ketakutan, menenangkan diri, dan menghibur diri.
“Tanpa keterampilan mengelola emosi, anak bisa melakukan perilaku negatif dan tak terkontrol. Mereka bisa mengalihkannya pada alkohol, narkoba bahkan makan berlebihan,” ujar Amy Morin, seorang psikolog anak, seperti dikutip dari VeryWell.
Kemampuan mengelola emosi dengan sehat, pada dasarnya seperti pesan yang berisi “saya merasa di luar kendali sehingga saya akan bertindak di luar kendali.” Misalnya, jika anak merasa stres dengan sekolah barunya, apakah Anda akan mengajarkan keterampilannya untuk mengelola stresnya dengan baik atau memberitahunya bahwa ia dapat pindah ke sekolah lain?
Hal pertama yang bisa diajarkan adalah mengajarkan anak mengenali emosinya. Apakah ia tertekan, sedih kecewa, tersudut atau perasaan lain. Pastikan si kecil tahu hal yang sedang dirasakannya. “Hanya dengan mengucapkan, “aku marah,” atau “aku gugup,” dapat membantu menghilangkan emosi yang tidak nyaman. Berikan anak bahasa yang ia butuhkan untuk menggambarkan perasaannya dengan membaca buku, melihat poster “perasaan wajah”, atau berbicara tentang emosi,” ungkap Morin.
Ajarkan juga latihan pernapasan. Napas yang lambat dapat membantu anak-anak menenangkan pikiran dan tubuh mereka.
BACA JUGA: Tips Pilih Mainan untuk Anak Sesuai Umurnya
“Salah satu cara untuk mengajar anak-anak melakukan hal ini adalah dengan mendorong mereka untuk mengambil “nafas gelembung.” Beri tahu anak Anda untuk menarik napas dalam-dalam melalui hidungnya dan kemudian bernapas perlahan melalui mulut seolah-olah dia sedang mencoba meniup gelembung dengan tongkat,” kata Morin.
Saat buah hati sedang gugup, panik, marah atau kesal, minta ia ‘bernapas gelembung. Ajarkan juga anak untuk merelaksasi tubuhnya, misalnya saat sedang sedih dalam kondisi berdiri, coba posisi duduk. Jika sedang duduk coba berbaring. Anak pasti akan mengerti dengan cepat jika diajarkan. Hal ini akan sangat berguna bagi kesehatan mentalnya. []
SUMBER: DREAM