Oleh: Zulfahmi, MA, Alumnus University of Malaya
DALAM berbagai referensi hadist Rasulullah telah menjelaskan secara detail tentang ciri-ciri Dajjal di akhir zaman. Dalam hal ini umat Islam terbagi kepada dua metode pemahaman ada yang memahami secara hakiki dan ada yang memahami secara majazi. Rasulullah telah memberi gambaran tentang sosok Dajjal di akhir zaman sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah bersabda:
“Tidak ada seorang nabi pun kecuali memperingatkan umatnya. si buta sebelah yang pendusta. Ketahuilah ia buta sebelah, adapun Rabb kalian tidaklah demikian. Tertulis di antara dua matanya ka fa ra iaitu kafir.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian di dalam hadis yang lain disebutkan, “Hanya bisa membacanya semua mukmin yang bisa menulis ataupun tidak.” (HR. Muslim).
BACA JUGA: Dajjal, Siapa?
Dalam hal ini sebahagian umat Islam memahami hadist di atas secara hakiki mereka berpandangan bahwa Dajjal yang di utus di akhir zaman untuk menipu umat manusia adalah buta sebelah matanya yaitu mata kanannya dan di atas kedua matanya terdapat tulisan kafir. Sehingga selama orang yang disebut cirinya di atas belum muncul berarti Dajjal yang diceritakan dalam hadist belum muncul.
Sedangkan sebagian umat Islam lainnya memahami seluruh hadis masalah Dajjal adalah bermakna majazi sehingga dalam pandangan mereka Dajjal tidak ada dalam wujud manusia. Dajjal hanyalah sebuah sistem dunia di akhir zaman yang bermakna sistem kekufuran.
Maka dalam hal ini penulis mengambil jalan tengah di antara kedua pendapat tersebut bahwa tidak semua hadist tentang Dajjal diambil makna secara hakiki juga tidak semua hadist tentang di ambil maknanya secara majazi. Ada makna yang menunjukkan hakiki dan ada makna yang menunjukkan majazi.
Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa salah satu ciri Dajjal buta sebelah matanya, ia hanya melihat dengan satu mata sedangkan mata satunya lagi buta. Di dalam sebuah hadist Rasulullah menjelaskan bahwa Dajjal berada di dunia dalam empat tahap. Di dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan: Kami bertanya: “Wahai Rasulullah berapa lamakah Dajjal akan tinggal di muka bumi ini? Nabi menjawab: Dajjal akan tinggal selama empat puluh hari. Hari yang pertama seperti setahun dan hari berikutnya seperti sebulan dan hari ketiga seperti seminggu. Kemudian hari yang masih tinggal lagi adalah sama seperti hari kamu yang biasa.”
Tahap pertama sampai dengan tahap ketiga Dajjal belum wujud sebagai manusia kerana perbedaan demensi waktu dengan manusia di dunia. Tetapi Dajjal telah berada di dunia sebagaimana di jelaskan dalam sebuah hadist tentang Tamim Ad-dari yang pernah menjumpai Dajjal di sebuah pulau.
Kemudian, apakah Dajjal memiliki ciri buta sebelah mata? Memahami hadist secara hakiki bahwa dajjal itu buta sebelah sungguh tidak tepat, bahkan ada sebahagian ulama yang memahami hadis tersebut seperti syekh Imran Hosein bahwa buta yang dimaksudkan di situ adalah buta mata hatinya, Dajjal di pogram oleh Allah sebagai makhluk yang tidak bisa melihat kebenaran. Ini digambarkan dengan buta sebelah kanan, sedangkan Dajjal hanya bisa melihat dengan mata sebelah kiri artinya kiri melambangkan keburukan.
BACA JUGA: Kemunculan Dajjal di Hari Kiamat Kelak
Adapun ciri dajjal selanjutnya adalah di antara kedua matanya tertulis ka-fa-ra, yang bermakna kafir. Sebahagian pendapat menjelaskan bahwa tulisan kafir di antara kedua matanya merupakan tulisan secara hakiki.
Sebagaimana pendapat imam Nawawi dalam syarah Muslim beliau menjelaskan bahwa tulisan ka fa ra tertulis seperti adannya di antara kedua mata Dajjal. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan ungkapan hadist selanjutnya bahwa tulisan dapat dibaca oleh orang mukmin baik bisa baca tulis atau tidak, atau dalam hadist lain tulisan ka-fa-ra hanya dapat di di baca oleh orang yang membenci sikapnya.
Sedangkan selain orang mukmin baik musyrikin, munafiq. Kafirun dan lain-lain tidak bisa membaca walaupun yang bisa baca tulis. Ungkapan ini mengisyarahkan kepada kita bahwa tulisan kafir bermakna majazi artinya semua perbuatan dajjal merupakan perbuatan yang menjerumuskan umat manusia kepada kekafiran, sehingga hanya orang mukmin yang bisa melihat bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan kekafiran. Allahu alam. []