TENTANG orang beriman, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Balad (90) ayat 17:
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِۗ
“Kemudian, dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.”
Penjelasan Ayat
Ada dua pendapat ulama mengenai ayat ini.
Pendapat pertama, Allah seakan-akan bertanya kepada orang-orang kafir yang tidak mau berbuat kebaikan. Lalu, jika hendak melakukan kebaikan-kebaikan tersebut, mereka harus beriman terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan seorang kafir tidak akan diterima oleh Allah—karena tidak dilandasi keimanan.
BACA JUGA: Disebutkan dalam Al-Qur’an, Inilah 8 Golongan Orang Beriman yang Dicintai Allah
Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, dahulu di zaman Jahiliyah, Ibnu Jad’an gemar menyambung tali silaturahmi dan memberi makan orang miskin. Apakah itu bermanfaat baginya?” Nabi menjawab, “Tidak, sesungguhnya ia tidak pernah sekalipun mengatakan, ‘Wahai Rabbku ampunilah kesalahanku pada hari pembalasan.’”
Seluruh kebaikan yang dilakukan orang kafir tidak bermanfaat meskipun dia membebaskan budak-budak, memberi makan kepada fakir miskin, memuliakan tamu, atau menyambung silaturahmi—semua itu tidak ada faedahnya di sisi-Nya. Allah berfirman dalam Surah At-Taubah (9) ayat 54:
وَمَا مَنَعَهُمْ اَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقٰتُهُمْ اِلَّآ اَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللّٰهِ وَبِرَسُوْلِهٖ
“Dan tidaklah ada yang menghalangi infak mereka diterima, kecuali karena mereka kafir (Ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya….”
Demikian juga dengan yang terjadi pada Abu Thalib. Dia-lah paman Nabi ﷺ yang rela mati demi membela beliau. Ia rela berperang melawan kerabatnya sendiri demi membela keponakannya, Muhammad ﷺ. Namun, ia tetap masuk ke neraka Jahanam karena meninggal dalam keadaan syirik. Meskipun seseorang itu baik, jika ia musyrik atau tidak beriman kepada Allah, kebaikannya tidak akan diterima oleh Allah. Hal itu karena Allah mengatakan tsumma kaana minalladzina aamanuu, “silakan engkau berbuat kebajikan dengan syarat engkau termasuk orang-orang yang beriman”.
Pendapat kedua, dari maksud ayat ini adalah seseorang yang berbuat kebajikan—membebaskan budak dan memberi makan kepada fakir miskin, lalu ia masuk Islam, seluruh kebajikan yang ia lakukan ketika masih Jahiliyah akan diterima oleh Allah. Demikianlah salah satu keistimewaan Islam. Amalan Saleh yang dilakukan seseorang yang baru masuk Islam akan menjadi simpanan baginya. Sementara itu, kemaksiatan yang dilakukannya sewaktu kafir akan dihapuskan.
Dari Hakim bin Hizam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memandang perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa Jahiliyah seperti sedekah, membebaskan budak, atau silaturahmi tetap mendapat pahala?” maka, Nabi bersabda, “Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang dahulu.”
Hadits itu merupakan dalil bahwa amalan orang yang baru masuk Islam—meskipun amalan itu dilakukan sewaktu kafir—akan tercatat di sisi Allah sebagai amalan saleh.
Ciri-Ciri Orang Beriman
Allah juga menyebutkan ciri-ciri orang yang beriman, yaitu saling berwasiat untuk bersabar. Kehidupan ini membutuhkan kesabaran dalam menjalankan ketaatan, menjauhi kemaksiatan, dan tatkala ditimpa musibah.
Mereka juga saling mewasiatkan untuk saling menghormati satu sama lain. Saling mewasiatkan untuk menghormati adalah sifat yang baik. Seseorang tidak berwasiat untuk merahmati kecuali ia mengetahui keagungan dan kemuliaan rahmat.
BACA JUGA: 3 Tanda Orang Beriman dalam Islam
Selain itu, ia pasti telah melakukannya sebelum berwasiat kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sifat utama orang-orang yang beriman adalah sabar dan sayang kepada semua makhluk. Dengan demikian, mereka yang menghormati orang lain akan dirahmati oleh Allah.
Nabi bersabda:
“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Allah). Maka, sayangilah ia yang di atas muka bumi, niscaya Yang di Atas Langit pun akan menyayangi kalian.”
Ada seorang lelaki yang berkata kepada nabi, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mengasihi kambing jika aku menyembelihnya”. Maka, beliau bersabda: “Jika Engkau mengasihinya, Allah merahmatinya.”
Jika mereka saling berwasiat untuk merahmati (mengasihi), mereka akan memperhatikan orang-orang miskin dan anak yatim. []
Sumber: Tafsir Juz Amma, karya Firanda Andirja | Pusat Studi Quran