SOMBONG, itu berarti ia membanggakan dirinya. Sebenarnya apa yang ia banggakan? Padahal, ia tahu bahwa dirinya saja milik Allah SWT. Dan suatu saat nanti ia pun akan kembali pada-Nya. Hal ini pun berlaku bagi setiap manusia. Maka, apa bedanya ia dengan orang lain.
Biasanya orang yang memiliki sifat sombong memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Baik itu berupa harta yang berlimpah, wajah yang cantik dan menawan, kecerdasan yang bisa jadi tidak terkalahkan, dan lainnya.
BACA JUGA: Perbuatan Sombong Itu Menjerumuskan
Tapi, kesombongan yang ia perbuat, jika ia menyadarinya, maka itu berdampak buruk bagi dirinya sendiri. Di antara fenomena kesombongan ialah manusia yang sudah jelas baginya kesalahannya, namun tidak mau kembali kepada kebenaran dan tidak mau menerima kebenara tersebut.
Satu-satunya faktor yang membuatnya seperti itu ialah kesombongan. Inilah yang suatu saat nanti akan menyengsarakan hidupnya.
Berapa banyak ulama terkemuka, ketika berdiskusi dengan muridnya yang masih kecil tentang suatu masalah, lalu terlihatlah kesalahan sang guru. Namun, ia tak mau kembali pada kebenaran karena merasa sombong. Laa haula walaa quwwata illa billah.
Salah seorang penyair menuturkan:
Tetapi mereka tidak mendengar perkataan hidayah (kebenaran)
Ketika ia datang dari anak yang paling kecil
Namun, mereka justru menyerangnya dengan segala kemungkaran
Mereka menuduhnya orang sakit dan kurang waras
BACA JUGA: Apakah Kamu Rendah Hati atau Sombong?
Hal ini sering terjadi pada kebanyakan ulama kita sekarang. Adapun ulama salaf terdahulu, selalu menerima kebenaran dari mana pun datangnya.
Abu Hunaifah berkata, “Saya mempelajari cara tahallul (dalam manasik haji) dari para tukang cukur.” Dan inilah Imam Mlaik bin Anas, beliau pernah bertanya kepada muridnya yang maish muda, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i dalam salah satu masalah tentang perceraian. []
Referensi: Ruqyah Jin, Sihir dan Terapinya/Karya: Syaikh Wahid Abdussalam Bali/Penerbit: Ummul Qura