Oleh: Penulis : Husasan Tayeh
Mahasiswa asal Patani Thailand selatan yang sedang studi di Prodi KPI UMYogyakarta
budojohan1@gmail.com
SUDAH hampir 6 (enam) bulan dunia telah digemparkan dengan munculnya Virus Corona atau disingkat dengan Covid-19. Wabah Covid-19 ini pertama kali ditemukan dan diumumkan pada kota Wuhan negara Cina pada Desember tahun 2019 lalu. Sekarang Covid-19 ini sudah merabah hampir ke seluruh penjuru dunia dan salah satunya yang terdampak Covid-19 ini adalah Negara Thailand. Dan kasus pertama kali ditemukan di Thailand dikonfirmasi pada Januari lalu di kota Bangkok.
Setelah pemerintah Thailand mengumumkan Status Darurat Nasional yang efektif berlaku sejak 26 Maret hingga 30 April dan kemudian diperpanjang masa berlaku sampai akhir Mei. Penetapan status ini berarti menutup perbatasan dan akses masuk bagi pendatang dari luar Thailand, sehingga menutup perbatasan antar provinsi bahkan sampai tingkat batas desa, dan juga melarang kegiatan yang melibatkan keramaian, penutupan toko-toko kecuali yang menjual kebutuhan pokok. Dalam Status Darurat Nasional beberapa kewenangan menteri-menteri kabinet dialihkan langsung kepada Perdana Menteri Prayuth Chanocha yang berlatar belakang militer.
Melihat dari sudud negatifnya dari virus ini, sangat terdampak diberbagai aspek kehidupan sehingga banyak orang merasa takut, stress, bahkan ada yang frustasi. Hal ini dikarenakan virus ini sudah banyak menelan korban penduduk masyarakat di seluruh dunia. Selain itu, virus ini juga sangat sulit di deteksi kapan tertular dan siapa yang menularkan.
Dengan kondisi yang sangat mengerikan membuat manusia tidak bisa menjalani kehidupan seperti biasa lagi, sehingga tidak sedikit membuat masyarakat memilih untuk tetap di rumah dan berhenti aktivitas yang biasa dikerjakan.
Namun di balik semua dampak-dampak yang diakibatkan dari musibah Covid-19 ini, terdapat kandungan hikmah yang luar biasa khususnya bagi masyarakat di Patani (selatan Thailand). Virus corona telah menarik hati para anak muda Patani semua untuk bangkit kembali menjaga budaya “Gotong Royong” sebagai warisan leluhur bangsa Melayu Patani yang telah lama hilang.
“Gotong Royong” kini hadir kembali di tengah-tengah wabah Covid-19 untuk menata dan menjaga kampong halaman masing-masing dari bahaya virus corona ini. Dan seiring dengan kurangnya perhatian Pemerintah Thai terhadap warga masyarakat terkhusus di Patani penyebab warga memilih untuk hidup secara “Mandiri” dengan terbentuknya Persatuan Muda-Mudi untuk pengelolaan bantuan kepada sesama masyarakat.
Patani ; kini dikenal sebagai Masyarakat minoritas muslim di Negara Gajah Putih
Melayu Muslim Patani di Thailand Selatan pada awalnya merupakan suatu kerajaan Islam yang berdaulat dan merdeka. Kerajaan Patani dapat ditaklukan oleh Kerajaan Siam pada bulan November 1785, dan dibagi-bagi menjadi tujuh buah negeri kecil pada tahun 1816, negeri Patani perlahan-lahan kehilangan identitasnya sebagai sebuah negeri Melayu yang merdeka. Sehingga abad ke 19, Kerajaan Siam mulai melakukan pembaruan sistem pentadbiran mengikut sistem Thesaphiban. Secara menyeluruh kerajaan Negeri Patani tidak lagi mempunyai kuasa otonomi dan menghapus sistem pemerintahan kesultanan. Dampak dari sistem itu, Kerajaan Patani semakin lemah dan tertekan dari kerajaan Siam. Sehingga menimbul konflik diantara Raja-Raja Melayu Patani dengan Kerajaan Siam pada tahun 1902.
Gerakan Nasionalisme Islam Patani terbentuk karena masyarakat Islam berkuturunan Melayu di Patani merasakan kehilangan hak-hak politik dan pentadbiran secara menyeluruh. Bahkan menghapus kebudayaannya sebagai orang-orang Melayu dan ciri-ciri kehidupan masyarakat Islam. Maka munculnya berbagai gerakan dalam upaya menghadapi tekanan Kerajaan Siam. Upaya yang dilakukan umat Islam tersebut bertujuan untuk mendapatkan hak-hak dalam mempertahankan identitas bangsa Melayu yang beragama Islam mereka yang khusus. (Sumardi, 2017:76)
Krisis ekonomi dan luput dari perhatian pemerintah Pusat : Penyebab Kebangkitan
Beberapa kawasan telah mendirikan pusat pentadbiran dengan nama yang berlainan, untuk menangani bantuan seluruh warga yang terdampak dari krisis ekonomi merusut dan kurangnya perhatian dari pemerintah pusat.
.
Masalah kekurangan Sumber pendapatan pokok, makanan dan perubatan mulai mucul, ia menyebabkan kesan yang tinggi kepada ekonomi tempatan. Dari akibat tersebut dapat meninjaukan banyak warga mulai mengurus sendiri dari bantuan derma hingga pentadbiran kawalan swasta sendiri.
Wilayah di Patani, Selatan Thailand adalah antara kawasan yang paling miskin di negara Thai dengan rata-rata pendapatan penghuni rumah adalah antara 15,000 hingga 20,000 baht (AS$459 hingga $612) sebulan berbanding dengan 45,000 baht ($1,377) di Bangkok.
Ekonomi wilayah sempadan itu sangat bergantung pada eksport karet, kelapa sawit dan perikanan namun ia merosot akibat wabah corona virus ini.
Kendati demikian, Covid-19 ini telah membangkitkan kesedaran perpaduan warga masyarakat khususnya anak muda untuk mengurus desanya sendiri sehingga menimbulkan banyak peluang, seperti cara hidup warga yang mulai rukun, saling membantu dan gotong royong sesama.
Tanpa sembarangan persiapan projek dari instansi pemerintahan, Tetapi dari masyarakat sendiri yang dapat pelopori di atas kesedaran untuk menjaga, melindungi desanya dengan memperkuatkan sesame warga masyarakat.
Seperti dilaporkan dari media tempatan WARTANI “Ini adalah gambaran perpaduan Kampung warga Patani dengan kepemimpinan yang berwawasan dan masyarakat yang bersedia untuk bertindak dengan kuat secara bergotong royong”.
Kemiskian, kekurangan pendapatan, penderitaan, dan kegelisahan mesti menghilangkan, Keadilan dan kesaksamaan yang memperulikan sesama akan mengukuhkan tali kepercayaan rakyatnya.
“Kita disini mesti berupaya untuk hidupnya masyarakat yang beradab yaitu menyantuni mereka yang lemah, memastikan mereka tetap bertahan, dan mengajak semua untuk ikut bertanggung jawab” tambahan dari media wartani melayu
Tindakan itu bukan sahaja menghilangkan kepanikan tetapi juga menunjukkan bahwa Corona tidak dapat mengawal kita sepenuhnya.
Kampong Mechoh Bannang Seta : Desa Pelopor
Berawal dari Kampong Mecoh atau Bacho dari para generasi baru berkumpul untuk bertarung melawan Covid-19 sehingga tersebar model “Gotong Royong” diberbagai desa suluruh Patani.
.
Wan Ali Wanahmad, selaku ketua Persatuan Pemuda Kampong Mechoh sekaligus pencetus ide menghidupkan kembali model budaya masyarakat “Gotong Royong” menjelaskan bahwa awal mulai dari melihat kondisi dan data tertularnya wabah covid-19 ini yang semakin hari semakin meningkat dengan sangat pesat, sehingga membuat dia mencetus satu ide untuk mengajak Para pemuda di Kecamatan Bacho, Distrik Bannangsta, Provinsi Yala berkumpul untuk bekerja sama dengan semua sektor di daerah tersebut. Dengan mengambil kasus menyebaran wabah sebagai awal dalam mendesain suatu pekerjaan agar konsisten dalam menjaga warga dari penyebaran virus ini seiring dengan kebijakan pemerintah desa juga meskipun belum ada penerapan.
“Kami akan membagi pekerjaan menjadi 4 (empat) bagian. Pertama Bidang Administrasi Merupakan pusat kerja dan bantuan, dengan (1) Menyediakan makanan untuk dibagikan kepada kelompok warga yang dikarangtina dan membuat masker dan pelindung wajah Bagikan ke kepada penduduk desa. (2) Memfasilitasi kenyamanan untuk meraka yang ingin membeli barang atau ingin dibantu dalam berbagai hal. (3) Menyediakan anggaran untuk semua kegiatan dengan menerima sumbangan dari berbagai donator dan dari pemuda yang sedang di luar daerah, seperti belajar di berbagai provinsi.
Kedua Bidang Proaktif (1) Bantu para doktor sukarelawan turun ke desa untuk memeriksa dan berkunjung untuk memotivasi kelompok risiko yang sedang dikarantina selama 14 hari karena takut mereka akan stres atau frustasi. (2) HUMAS bekerja untuk publikasi di desa-desa dengan memberikan pengetahuan tentang Covid sesuai dengan saran para medis. Dengan gunakan masjid pusat karena masjid memiliki amplifier. Dan menggerakkan kehumasan di jalanan desa Bersamaan dengan memposting pemberitahuan tentang Covid.
Ketiga Bantuan penyaringan/Pemeriksaan (1) Membantu devisi keamanan dalam penyaringan tahap dasar dan pendaftaran masuk dan keluar desa dan ada pos pemeriksaan disetiap gerbang desa. Untuk menjadi pusat hubungan masyarakat Dan memberi pengtahuan tentang situasi wabah terkini.
Keempat Pengurus pusat karantina (1) Kelompok pemuda adalah bagian penting dalam kepengurusan pusat karantina lokal di masyarakat. (2) di pusat karantina Pemuda akan membantu koordinasi. Dan akan ada petugas yang menjaga keamanan selama 24 jam”. Seperti dijelaskan saudara Wanali saat diwawancara reporter TV Thai PBS
Salah satu perwakilan dari kelompok pemuda Mechoh mengatakan bahwa kini sudah saatnya para pemuda harus bersatu dan memeraskan sekuat tenaga untuk saling membantu sesame warga desa, menunjukan kekuat energi anak muda yang siap bertarung melawan wabah covid-19 ini.
“Saat ini penting. Bahwa pemuda harus menunjukkan energi mereka untuk saling membantu Keluarlah untuk menunjukkan potensi generasi baru yang bersatu Itu siap untuk bertarung dan menerobos covid bersama. “
Rombongan perkumpulan anak muda yang sedang persiapan untuk memberi bantuan sambako kepada kaum dhuafa di desa Gelong Kerbau distrik Thepa Provinsi Songkhla. Foto Page Persatuan Pemuda & Pemudi Gelong Kerbau
Tidak lama kemudian, model masyarakat “Gotong Royong” ini tersebar dan diikuti oleh para pemuda bersama tokoh masyarakat diberbagai masyarakat untuk menjadi panduan dalam menjaga desanya sendiri dan menangani masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat masing-masing. Salah satunya adalah pemuda-pemudi kampong Gelong Kerbau yang terletaknya di Distrik Thepa Provinsi Songkhla, yang menyatu para pemuda dan pemudi dibawah naungan “Persatuan Pemuda-Pemudi Gelong Kerbau” untuk membantu Dhuafa dan warga yang tidak berkecukupan dengan membuat sembako yang berisi bahan makanan pokok memberi kepada warga tersebut.
“Pada tanggal 17/5 pemuda-pemudi Gelong Kerbau ada kegiatan dibulan ramadhon untuk membantu orang-orang paqir miskin Dan orang tua di dalam kampong. terimakasih ketua kampong dan semua ahli kampong yang telah mendukung kaum muda untuk mengatur kegiatan yang begitu baik. Semoga Allah mengembalikan semua kebaikan kepada anda seterusnya Amin” seperti dilanser dari postingan page facebook “Persatuan Pemuda-Pemudi Gelong Kerbau”
Oleh karena itu, penutupan atau lockdown disetiap desa tampaknya tidak menjadi halangan. Bahkan mengandung hikmah yang sangat baik di balik semua itu. Karena masyarakat warga Patani telah mempunyai budaya bagus yang telah diwarisi leluhur bangsa tentang tolong-menolong sesama masyarakat dan kini telah menetapkan langkah-langkah untuk melindungi diri dari masalah sumber pendapatan, sekalipun belum ada bantuan dari pihak yang berwenang. []
.