KEMARIN, kita beroleh kabar corona di telivisi, media sosial atau grup WA, tentang orang-orang jauh di seberang sana, di luar negeri beribu kilometer jaraknya.
Hari berganti, kita mendengar COVID masuk Indonesia. Beberapa orang tertapar, para tokoh, pejabat, dan orang jauh yang tidak kita kenal. Ada yang sembuh, ada pula yang meninggal dunia.
BACA JUGA: Malam Pertama
Hari ini, bukan lagi kabar orang jauh di telivisi, media sosial atau grup WA, tapi orang-orang dekat di antara kita, ada kawan, rekan kerja, tetangga bahkan keluarga yang tinggal satu atap dengan kita, terkena COVID.
Hari ini, ada kabar orang-orang di sekitar kita tengah terpapar COVID, ada yang isolasi mandiri, ada pula yang harus dirawat di rumah sakit.
Hari ini, media sosial dan grup WA dibanjiri permohonan doa kesembuhan dari orang-orang yang kita kenal. Ada kawan, tetangga, atau keluarga.
Hari ini, media sosial dan grup WA menjadi ajang berkirim kabar duka tentang meninggal dunia, bukan lagi orang lain yang jauh di sana, tapi orang dekat yang seminggu lalu berbincang dengan kita, yang tiga hari lalu makan bersama, atau kemarin sore minta doa karena sedang dirawat karena COVID.
Hari ini, bukan lagi media sosial atau grup WA, tapi kentongan dan pengumuman dari speaker masjid pun menghiasi hari-hari kita tentang kabar duka. Innalillaahi wainnailaihi rajiun, telah meninggal dunia Bapak Anu bin Anu. Sehari bisa dua kali pengumuman, tiga kali, empat kali, atau lebih banyak lagi.
Hari ini, masih orang lain. Hari esok, entah masih orang lain atau kita yang terpapar corona. Entah sembuh seperti sedia kala, cukup isolasi mandiri saja, atau harus dirawat di rumah sakit. Entah bisa kembali berkumpul dengan keluarga, atau meninggal dunia.
BACA JUGA: Ketika Rasulullah Selimutkan Jubahnya kepada Dedengkot Kaum Munafik yang Sekarat
Esok lusa, apakah kita masih hidup atau sudah tiada karena kembali ke haribaan-Nya.
Kemarin, hari ini dan esok, ternyata dekat sekali dengan kematian. Ya Allah, ampuni dosa-dosa kami. Betapa kematian itu sangat dekat, nyata, dan terasa menyesak dada.
Bila kami harus meninggal dunia, wafatkan kami dalam keadaan husnul khatimah. Allahumma aamiin. []