TULUNGAGUNG–SMPN 2 Rejotangan Tulungagung hanya mampu menjaring lima siswa baru pada tahun 2019. Hal ini terjadi akibat imbas dari Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sistem zonasi,
Kepala SMPN 2 Rejotangan, Sri Wahyuni, mengatakan hingga Sabtu (22/6/2019) pihaknya masih membuka pendaftaran siswa baru, meskipun PPDB serentak telah ditutup Jumat (21/6/2019). Ini dilakukan setelah pihaknya mendapat izin dari dinas pendidikan untuk melanjutkan PPDB. Sebab selama proses pendaftaran, sekolahnya hanya mendapatkan lima siswa.
BACA JUGA: Kisruh PPDB, KPAI Buka Posko Pengaduan
“Selama proses PPDB zonasi kemarin kami hanya dapat lima siswa dari pagu empat rombel, padahal kami sudah berusaha semaksimal mungkin dengan melakukan upaya pendekatan di SD sekitar, bahkan kepala desa juga kami dekati, tapi faktanya seperti ini,” kata Sri.
Sepinya pendaftar di sekolahnya disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari karakter sosial di lingkungan sekitar, persaingan antar sekolah hingga kebijakan zonasi.
“Kalau dulu kami biasanya mendapatkan limpahan dari siswa-siswa yang memiliki nilai kurang bagus yang tidak diterima di sekolah-sekolah favorit, tapi sekarang berbeda. Sekarang meskipun nilainya minim asalkan dekat dengan sekolah bisa masuk,” ujarnya.
Menurutnya, pembagian zonasi sekolahnya juga beririsan dengan beberapa sekolah negeri yang selama ini mendapatkan murid lebih banyak, seperti SMPN 2 Ngunut, SMPN 3 Ngunut dan SMPN I Rejotangan.
“Sehingga mereka lebih memilih ke sekolah-sekolah itu, karena mungkin dinilai lebih favorit, bahkan untuk SMPN I Rejotangan sendiri sekarang juga kekurangan murid,” imbuhnya.
Wanita yang akrab disapa Corie ini menambahkan selain itu, sekolahnya juga bersaing dengan sejumlah sekolah swasta dan MTs Negeri. Sehingga membuat peta persaingan antar sekolah semakin ketat.
Secara geografis, posisi SMPN 2 Rejotangan memiliki letak yang strategis, berada di ruas jalan protokol Tulungagung-Blitar, selain itu juga berdampingan dengan SMA Negeri I Rejotangan.
BACA JUGA: 2 Keponakan Kesayangan Mendikbud tak Lolos Sekolah Negeri
Kondisi sepinya pendaftar di sekolahnya telah terjadi sejak beberapa tahun lalu, namun kondisi penurunan drastis terjadi pada dua tahun terakhir atau seiring diberlakukannya sistem zonasi.
“Kalau tiga tahun lalu kami masih bisa dapat dua kelas, sekarang hanya lima anak. Tapi meskipun sedikit akan tetap kami lakukan proses pembelajaran seperti biasa,” jelasnya.
Corie menambahkan, akibat minimnya murid tersebut berdampak langsung tehadap manajemen sekolah dan kinerja para guru. Sebab guru-guru yang memiliki sertifikasi tidak bisa lagi memenuhi minimal jumlah jam mengajar yang ditetapkan. []
SUMBER: DETIK