PADA tahun 1816 telah terjadi penyimpangan iklim yang luar biasa di wilayah Amerika, Kanada, dan Eropa. Biasanya pada akhir musim semi dan musim panas, cuaca yang terjadi di ketiga wilayah tersebut stabil. Namun, pada Mei 1816, cuaca terasa sangat dingin. Beberapa ahli menyebutnya sebagai ‘tahun tanpa musim panas.’
Temperatur yang pada umumnya 20-25 derajat menyusut drastis menjadi di bawah 5 derajat celcius. Pada saat itu, tanaman rata-rata gagal mengalami gagal panen serta banyak terjadi badai salju sehingga menyebabkan banyak orang yang meninggal karena mati kedinginan.
Tidak ada yang mengetahui peristiwa apa yang tengah terjadi pada saat itu. Suasana benar-benar sangat mencekam. Matahari tidak tampak, kelaparan di mana-mana, hingga lonjakan harga serta iklim yang berubah drastis.
BACA JUGA: Hari Kiamat Tidak akan Datang Sampai Muncul…
Rumor yang beredar di masyarakat setempat mengatakan matahari akan menghilang dari bumi sehingga sebagian besar orang meyakini bahwa kiamat akan segera tiba. Banyak dari mereka pun tertunduk pasrah dan hanya bisa menunggu kiamat itu tiba.
Peristiwa yang terjadi pada saat itu sebenarnya disebabkan oleh letusan Gunung Tambora, di Pulau Sumbawa, Indonesia yang terjadi pada tanggal 5 April 1815.
Letusan Tambora tercatat sebagai letusan gunung terbesar dalam sejarah. Dalam skala kekuatan erupsi gunung berapi, Volcanic Explosivity Index (VEI), letusan Tambora menempati VEI 7 atau tertinggi kedua dari puncak VEI 8. Menurut Volcano Discovery, sekitar 50 sampai 150 kilometer kubik magma keluar dari perut bumi melalui Tambora yang menghasilkan kubah kolosal setinggi hampir 40 sampai 50 kilometer itu membawa abu dalam jumlah besar di angkasa.
Karena dahsyatnya letusan ini, gunung Tambora yang mulanya menjulang setinggi 4.300 mdpl menjadi terpangkas sampai tersisa setinggi 2.772 mdpl. Ledakan terdengar hingga 2.600 kilometer jauhnya, dan abunya jatuh setidaknya sejauh 1.300 kilometer.
Di lereng Tambora, ada tiga kerajaan yang tercatat yaitu Kerajaan Tambora, Kerajaan Sanggar, dan Kerajaan Pekat yang semuanya musnah karena letusan Tambora.
Suhu global menurun sekitar 0,4 sampai 0,7 derajat celsius akibat kabut kering yang menyelimuti bumi. Pertanian yang seharusnya mendapat paparan sinar matahari di musim semi menjadi gagal panen di India dan timbul wabah kolera di Bengal pada 1816. Tifus menyerang wilayah Eropa tenggara dan timur Mediterania antara 1816 sampai 1819.
BACA JUGA: Ketika Kiamat, 7 Ciptaan Allah Ini Tidak Akan Hancur
Gagal panen karena suhu dingin dan hujan lebat melanda Inggris dan Irlandia. Kelaparan merata di utara dan barat daya Irlandia karena gagal panen gandum, oat, dan kentang. Jerman dilanda krisis: harga pangan meningkat akibat kelangkaan. Demonstrasi menjadi pemandangan umum di depan pasar dan toko roti, diikuti kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan yang menjadikan kelaparan terburuk di Eropa pada abad ke 19.
Merujuk penelitian Oppenheimer, jumlah kematian langsung di wilayah sekitar Tambora maupun tidak langsung sebagai dampak luas di seluruh dunia mencapai 71.000 jiwa. Laporan Anthony Reid saat peringatan 200 tahun meletusnya Tambora menunjukkan angka kematian bahkan mencapai 100.000 jiwa. []
SUMBER: KUMPARAN | KEEPO