Oleh : Sri Bandiyah
Pernahkah Anda,
Digodain,
Dimodusin,
DiPHPin,
Padahal….
Niat saya berteman hanya menyambung silaturrahmi,
Kemudian saya balas inbok, hanya basa-basi,
Setelah sedikit berlebihan, saya sudah jelaskan dengan dalil-dalil syar’I.
Tapi….
Kok si dia makin berani,
Dengan segala pujian yang buat hati berpelangi,
Juga perhatian yang membuat diri merasa menjadi putri.
Salahkah saya,
Mencoba berteman dengan banyak kalangan,
Membalas inbok mencoba menjalin keakraban.
Wahai para Akhi dan Ukhti,
Dengarlah kisah ini, kisah dari buku Raudhatul Muhibbin karya Ibnul qoyyim Al-Jauziyah.
Ini kisah tentang seorang gadis yang sangat cantik. Dialah bunga kota yang harumnya semerbak hingga negeri tetangga. Tak banyak yang pernah melihat wajahnya. Sedikit yang pernah mendengar suarannya dan bisa dihitung jari orang yang pernah berurusan dengannya.
Sang gadis memendam cinta pada laki-laki yang belum pernah dilihatnya, belum pernah ia dengar suaranya, dan belum tergambar rupa dalam benaknya. Gadis tadi jatuh cinta hanya karena kabar bahwa pemuda ini tampan bagai Nabi Yusuf, akhlaknya suci, kesholihannya telah teruji dan ilmunya tinggi.
Sang gadis yang memendam rindu, mendengar kabar bahwa sang pemuda akan datang ke kotanya karena suatu urusan. Dan sebagaimana tabiat cinta, ia ingin menggugurkan rindu dengan bertemu. Maka ditulislah surat untuk sang pemuda, memohon ingin bertemu. Dan sang gadis mendapat jawaban “Ya.”
Mereka pun bertemu di tempat yang telah disepakati. Berdua saja. awalnya tak ada kata, tapi bayangan masing-masing telah merasuk menembus sukma menghadirkan angan. Bahkan sang gadis yang telah jatuh cinta semakin cinta melihat kesantunan, kelembutan suara, dan kegagahan sang pemuda dalam bersikap. Sang gadis berkeringat, tapi ia mulai bicara.
“Maha suci Allah,” ia gugup ketika memandang. “Yang telah menganugerahi engkau wajah yang begitu tampan.”
Sang pemuda menundukkan pandangan dan tersenyum. “Andai saja kau lihat aku setelah tiga hari dikuburkan. Ketika semua hewan berpesta di tubuhku dan tubuhku hancur membusuk. Anugerah ini hanya sementara, jangan kau tertipu olehnya.”
“Betapa ingin aku, meletakkan jemari pada genggaman tanganmu.”
Sang pemuda berkeringat dingin mendengarnya. Sang pemuda semakin menunduk dan memejamkan mata. “Tak kurang inginnya aku berbuat lebih dari itu, tapi bayangkanlah kulit kita tak berhak untuk saling disentuhkan, karena ia adalah api neraka. Dan di akhirat hanya akan menjadi rasa sakit dan penyesalan.”
Si gadis tertunduk. Ia melanjutkan “Tahukah engkau bahwa telah lama aku memendam rindu, takut, dan sedih. Telah lama aku merindukan saat aku bisa meletakkan kepalaku di dadamu yang berdegub. Agar berkurang beban-beban, agar Allah menghapus kesempitan.”
“Jangan lakukan itu, kecuali dengan haknya,” jawab pemuda. “Sungguh kawan akrab pada hari kiamat satu sama lain akan menjadi seteru, kecuali mereka yang bertakwa.”
Walau pada akhirnya sang pemuda bisa menahan keinginan sang gadis dan selamat dari zina, Syaikh ‘Abdullah Nashih ‘Ulwan menjabarkan kisah ini memberi satu pelajaran penting pada kita, terutama yang aktif dalam dunia dakwah. Apa pelajaran itu?
Jangan berkhalwat!
Ya, sang pemuda dalam dakwah ternyata telah berkhalwat. Berdua-duaan. Sehingga sang gadis tak lagi mendengarkan dakwah sang pemuda. Bahkan khayalan sang gadis semakin berani. Dari mengagumi wajah, ingin bergandengan tangan, dan berbaring dalam pelukan. Ish…ish…ish…Dakwah dengan cara ini, lebih banyak mudhorotnya. Tahu kenapa?
“Jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan perempuan karena yang ketiga bersama mereka adalah syeitan”. (Dishohihkan oleh Syeikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah no. 430).
Yup, jelas kan kalau yang suka berduaan pasti yang ketiga adalah syaithan yang akan terus meniupkan kesesatan. Dari hal kecil berupa angan, kemudian merembet kepada senyuman, sentuhan dan….
STOP!
Khalwat,
Inbok terlalu lama dengan durasi keakraban yang semakin intim itu bahaya.
Jadi….
Bagaimana Ukhti?
Bagaimana Akhi?
Masihkan inbok ingatkan sholat, ingatkan ngaji, ingatkan ini dan itu dengan satu alasan DAKWAH?
No! perbaiki saat ini.
Batasi, batasi, batasi.
Maaf lahir-batin jika ada yang kurang berkenan. Ini nasehat khususnya untuk diri saya pribadi.
Salam ukhuwah….[]