NABI Yusuf tidak menyeru kaumnya seperti Nabi Musa dan Isa. Tidak pula seperti Nabi Nuh dan Hud. Kisah Nabi Yusuf lebih banyak berkisah liku-liku anak manusia biasa. Dakwah Nabi Yusuf tidak melalui seruan tetapi bagaimana akhlak dalam setiap liku-liku kehidupan. Apa karakter, mindset dan solusi dalam setiap fragmen kehidupan. Kisah Nabi Yusuf seperti kisah Nabi Ayub.
Kisah Nabi Yusuf tidak banyak argumentasi tentang ketauhidan. Tidak juga tentang surga, neraka dan akhirat. Lebih banyak gambaran keseharian manusia, baik itu kalangan awam dan istana. Keterkaitan kebijakan istana untuk masyarakat awam. Juga, liku-liku peradilan yang rusak. Hanya di kisah Nabi Yusuf, penjara menjadi salah satu titik sentral cerita.
Dakwah itu tidak harus dari balik dalil agama. Melalui khutbah dan ceramah. Tidak hanya seruan kepada ketauhidan dan syariat. Tetapi menceburkan diri adalah keseharian rutinitas juga sebuah perjalanan dakwah. Sebagai anak, saudara, orang tua, budak, pelayan, di rumah, di istana, bergelut dengan kekuasaan dan peradilan. Bentuk amar makruf nahi munkar juga bisa melalui pergelutan rutinitas hidup.
Bergelut dengan rutinitas keseharian. Kuncinya, kuatkan ihsan, rasa diawasi oleh Allah. Namun bagaimana membuat lompatan hidup? Allah menarik Nabi Yusuf yang hanya menjadi pelayan ke balik penjara. Allah meneguhkan Nabi Yusuf dalam memilih kebenaran. Di balik penjara, ketauhidannya dikokohan. Perjalanan leluhurnya, Nabi Ibrahim, Ishak dan Yakub dikuatkan. Siapakah diri Nabi Yusuf yang sebenarnya? Kesadaran akan peran dan tanggungjawab disadarkan. Kapasitasnya bukan pelayan tetapi sebagai penasihat raja.
Peran kenabiannya seperti nabi sebelumnya muncul dikegelapan penjara. Walau pun hanya berteman dengan dua orang pelayan raja, seruannya agar dua orang itu kembali kepada Allah digaungkan. Disinilah Allah mengajarkan ilmu takwil mimpi. Ilmu yang bisa membaca masa depan dengan tepat. Padahal tak ada yang mengajari atau membimbingnya. Inilah ilmu laduni.
BACA JUGA:Â Â Nabi Nuh, Kokoh pada Visinya
Berinteraksi selama 9 tahun di penjara, kedua orang pelayan raja ini meyakini bahwa Nabi Yusuf memang orang terpercaya. Keduanya mengadukan perihal mimpinya. Meminta takwilnya. Keduanya pun dibebaskan dari penjara. Nabi Yusuf menitipkan pesan, bahwa dia masuk penjara karena rekayasa pengadilan. Namun keduanya lupa menyampaikan ke raja karena ulah syetan. Apakah ulah syetan itu tidak bermanfaat?
BACA JUGA:Â Belajar “Puasa”pada Allah
Syetan memang berhasil membuat lupa ke dua pelayan. Namun sekenario Allah lebih baik daripada sekenario syetan. Pelayan tersebut ingat saat sang raja memiliki persoalan tentang apa tafsir mimpinya. Yang bisa menjawab hanya Nabi Yusuf. Dia pun dihadapkan pada raja. Raja jadi tahu kapasitas Nabi Yusuf. Nabi Yusuf tidak sekedar keluar dari penjara tetapi diangkat penasihat raja. Andai pelayan tersebut tidak dilupakan syetan, bisa jadi Nabi Yusuf hanya keluar dari penjara saja. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.