GHOUTA TIMUR—Sebanyak 40 warga sipil di Ghouta Timur tewas akibat serangan pasukan Assad yang di tersebut dalam dua hari terakhir.
Menurut laporan yang dilansir dari Anadoulu, pasukan rezim Assad melakukan serangan intensif ke distrik Douma dan Haresta serta daerah Arbin, Sakba, Madyara, Ein Tarma, Beit Sava, Hammuriya , Marj dan Sakba. Informasi dari Pertahanan Sipil (White Helmets)menyebutkan, satu orang di Arbin dan satu lainnya di Madyara tewas dalam serangan bombardir yang terjadi pada Rabu (10/1/2018).
Tim Pertahanan Sipil mengumumkan bahwa jumlah warga sipil yang terbunuh dalam serangan udara pasukan rezim di distrik Hammuriya pada Selasa (9/1/2018) meningkat menjadi 25 orang.
Selain itu, serangan udara rezim pada hari yang smaa telah menewaskan tiga warga sipil di Sakba, satu di Haresta, satu di Arbin dan satu di Madyara sementara serangan di Douma menewaskan tujuh warga sipil. Maka, jumlah warga sipil yang tewas dalam dua hari terakhir meningkat menjadi 40 orang.
Tim Pertahanan Sipil juga dilaporkan berhasil menyelamatkan banyak warga sipil dari reruntuhan bangunan. Korban luka tersebut telah dievakuasi ke rumah sakit terdekat.
Tim Pertahanan Sipil melalui media sosial melaporkan, serangan rezim Assad dan Rusia telah merenggut 161 nyawa warga sipil dalam 13 hari terakhir. Sebelumnya, tim Pertahanan Sipil juga melaporkan serangan-serangan rezim Assad ke Ghouta Timur selama 2017 menewaskan 1.337 orang termasuk 12 anggota Pertahanan Sipil.
Ghouta Timur yang terletak di pinggiran kota Damaskus merupakan rumah bagi sekitar 400.000 penduduk yang setengahnya merupakan anak-anak. Sejak akhir 2012, distrik tersebut berada di bawah kepungan rezim Assad. Padahal, wilayah itu masuk dalam zona de-eskalasi di mana tindakan agresi dilarang keras dilakukan di sana.
Informasi terakini menyebutkan, seribu 1.000 orang warga Ghouta Timur perlu mendapatkan pengobatan medis yang 600 orang di antaranya kini dalam kondisi kritis. Sejumlah bayi dan anak juga meninggal dunia akibat kelaparan dan kekurangan obat.
Kondisi ini dikhawatirkan semakin parah menyusul serangan udara yang terus menerus dilakukan rezim Assad. []