PALESTINA–Pasukan Israel menembak mati seorang remaja Palestina di Tepi Barat. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, peristiwa itu merupakan bagian dari lonjakan kekerasan setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana perdamaian abad ini yang memicu protes.
Insiden penembakan terhadap remaja Palestina bernama Badr Nafla (19) itu menambah jumlah korban tewas menjadi lima orang di Tepi Barat dan Yerusalem sejak proposal perdamaian yang menguntungkan Israel itu diumumkan Presiden AS Donald Trump.
Dikutip dari Aljazeera, Ahad (9/2/2020), Kementerian Kesehatan menyampaikan Badr Nafla tewas setelah ditembak pasukan Israel di lehernya selama bentrokan di Tulkarem, Tepi Barat utara.
BACA JUGA:Â Penasihat Trump: Palestina Tak akan Diakui sebagai Negara Jika Rencana Perdamaian Tak Tercapai
Sebelumnya pada Jumat, Israel mengerahkan pasukan tambahan di Yerusalem dan Tepi Barat setelah tentara mereka membunuh empat warga Palestina dua hari sebelumnya.
Pasukan Israel menembak mati dua warga Palestina pada Kamis (6/2/2020) selama unjuk rasa menentang pembongkaran rumah warga Palestina di Jenin. Kantor berita Palestina, WAFA menyebut pemuda yang ditembak tersebut bernama Yazan Abu Tabekh (19) dan seorang polisi bernama Tareq Badwan.
Warga Palestina di Israel juga dibunuh setelah dituduh melepaskan tembakan ke polisi di dekat Masjid Al-Aqsa di kota tua Yerusalem. Pada Rabu (5/2/2020) malam, pasukan Israel menembak mati Mohammed Al-Hadad (17) selama bentrokan di Hebron.
Sementara itu, 14 warga Israel terluka pada Kamis (6/2) setelah sebuah mobil menabrak gerombolan tentara di Yerusalem. Sopirnya ditangkap dan dimintai keterangan, kata juru bicara polisi Israel Micky Rosenfeld kepada AFP, menambahkan bahwa tidak ada insiden terkait keamanan baru sejak Kamis (6/2) malam.
Meningkatnya ketegangan antara Palestina-Israel terjadi sepekan setelah Trump merilis rencana kontroversial untuk Timur Tengah. Dalam proposal yang disebut sebagai ‘Kesepakatan Abad Ini’, Israel diberi sejumlah keuntungan, termasuk kontrol penuh atas Yerusalem yang disengketakan dan lampu hijau untuk mencaplok semua pemukiman dan bagian lain dari Tepi Barat. Sebagai gantinya, Palestina akan ditawari sebuah negara di bagian yang tersisa di Tepi Barat dan Gaza.
BACA JUGA:Â 12 Tahanan Palestina di Penjara Israel Hadapi Kematian Perlahan
Presiden Palestina Mahmoud Abbas segera menolak rencana itu dan menyerukan unjuk rasa.
Pada Jumat (7/2/2020), kepala negosiator Palestina Saeb Erekat mengatakan di Twitter bahwa rencana perdamaian yang dirancang menantu sekaligus penasihat Trump, Jared Kushner itu telah “memungkinkan Israel untuk terus maju dengan aneksasi/penjajahan lebih lanjut”.
“Tetapi dia (Jared Kushner) menyalahkan Presiden Abbas karena menurut orang-orang seperti dia, keberadaan dan hak-hak kita semata-mata … adalah masalahnya,” tambah Erekat. []
SUMBER: AFP | AL JAZEERA