KEKURANGAN zat besi dapat mengganggu kecerdasan dan perilaku pada anak. Maka dari itu orang tua harus memperhatikan daya asupan gizi untuk anak, sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi sesuai gizi yang dibutuhkan untuk anak usia dini.
Banyak orang tua yang tidak memperdulikan hal ini, tapi adapula yang mengkhawatirkan dengan kondisi anaknya. Dari sekian banyak orang tua yang sadar akan kesehatan dan perkembangan anak, akan mencari jalan cara mengatasi dari kekurangan zat besi?
BACA JUGA: Tips Hadapi Anak saat sedang Tantrum
Dari ciri-ciri anak yang kekurangan darah kita bisa lihat wajah dan telapak tangan pucat berkepanjangan, lesu, gampang pusing, detak jantung lebih cepat dan daya tahan tubuh lemah. Inilah gejala anak yang mengalami anemia defisiensi besi (ADB), atau istilah awamnya yaitu kurang darah.
ADB adalah kurangnya darah haemoglobin (Hb) dalam darah, akibat kurang zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb. Di Indonesia sebagian besar anemia akibat kekurangan zat besi (Fe). Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen keseluruh tubuh dan membawa zat CO2 kembali ke paru-paru untuk dibuang keluar tubuh.
Zat besi berperan penting dalam perkembangan sistem saraf. Diperlukan dalam proses mielinisasi (pembentukan selubung saraf), neutransmiter (pengahantar pesan di otak) dan metabolisme saraf. Dan selubung saraf (mielin)penting dalam kecepatan berpikir anak.
BACA JUGA: Stop Membandingkan Anakmu! Ini 8 Dampak Negatifnya
“Kekurangan zat besi sejak dalam kandungan sampai anak usia dua tahun, membuat kemampuan anak terhambat dalam berbagai aspek emosi, konsentrasi, perilaku dan kecerdasan,” ujar Dr. Elbina Karyadi.
Angka tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak. Dan solusinya bagi yang mengalami kekurangan darah bisa mengkonsumsi daging merah, hati ayam, dan sayuran hijau. Untuk mencegah konstipasi sebagai efek samping pemberian preparat besi, anak juga perlu banyak meminum air putih.
Sumber:Majalah OTC Digest/Edisi 85 tahun 2013