SETIAP orang memiliki tahap kesabaran yang berbeda-beda. Ada yang sangat sabar dalam menghadapi permasalahan, tapi ada juga yang emosinya meledak-ledak.
Ternyata, emosi berlebih dapat mempengaruhi kesehatan pribadi masing-masing. Namun bagi orang sabar, ia akan selalu ceria dan bahagia.
Perlu diketahui, dampak dari seringnya marah ini bisa mengakibatkan beberapa penyakit yang serius. Seperti darah tinggi, jantung dan menimbulkan pecahnya pembuluh darah. Bahkan, ada sebuah spekulasi bahwa marah membuat seseorang cepat mati.
BACA JUGA: Kata Rasul Jangan Marah, Ini Sebabnya
Jika pembuluh darah pecah maka akan menimbulkan kematian. Hal ini seperti yang dilansir dari Daily Mail.
Khususnya bagi pria yang mudah marah, dia beresiko meninggal lebih cepat.
Para ilmuwan menemukan 25 persen pria pemarah mengalami 1,57 kali lipat peningkatan risiko penyakit dibandingkan 25 persen pria yang lebih kalem.
Perlu kita pahami, selain berdampak buruk bagi kesehatan, marah juga merupakan salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia. Dengan marah manusia bisa melakukan hal-hal yang berbahaya bagi diri sendiri dan orang sekitar.
Banyak motivasi yang diberikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar manusia tidak mudah terpancing emosi. Diantaranya, beliau menjanjikan sabdanya yang sangat ringkas,
لا تغضب ولك الجنة
“Jangan marah, bagimu surga.” (HR. Thabrani dan dinyatakan shahih dalam kitab shahih At-Targhib no. 2749).
BACA JUGA: Meluapkan Amarah Depan Anak, Begini Bahayanya
Salah satu cara tepat mengubur rasa marah adalah dengan selalu mengingat hadits ini. Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قادرٌ على أنْ يُنفذهُ دعاهُ اللَّهُ سبحانهُ وتعالى على رءوس الخَلائِقِ يَوْمَ القيامةِ حتَّى يُخيرهُ مِنَ الحورِ العين ما شاءَ
“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani).
Begitu besarnya keuntungan kita jika mampu menahan amarah sedangkan dalam keadaan mampu meluapkannya. []