TRAVELING atau bepergian sudah jadi bagian dari kehidupan manusia. Baik untuk keperluan studi, bisnis atau kesenangan, kebutuhan untuk memulai perjalanan jarak jauh muncul terus menerus. Bagi muslim, kebutuhan ini mendorong inovasi dalam menentukan arah Kiblat yang benar saat melakukan perjalanan.
Pentingnya mengidentifikasi Kiblat (Kabah) terletak pada kewajiban melaksanakan shalat lima waktu dalam kehidupan seorang Muslim.
Ketika sebuah masjid dapat diakses di negara asalnya masing-masing, banyak Muslim tidak kesulitan untuk mengidentifikasi arah kiblat. Namun, ketika seseorang sedang bepergian dan tidak dapat menemukan masjid, mengetahui cara menemukan arah Kiblat menjadi keterampilan praktis yang perlu dikuasai.
BACA JUGA:Â Ketika Arah Kiblat Dialihkan
Pengamatan yang tepat, serta kemampuan luar biasa untuk mendapatkan solusi baru bagi masalah klasik inilah yang mungkin membuat ilmuwan Muslim berinovasi pada Abad Pertengahan. Tidak mengherankan, ketika mereka memulai perjalanan, mereka tidak kesulitan menentukan arah kiblat secara matematis.
Kuncinya adalah menemukan cara untuk mengidentifikasi arah Kabah di Mekah setiap saat. Mereka menggunakan trigonometri tingkat lanjut, dan akhirnya menghasilkan tabel kiblat abad pertengahan, yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi.
Namun, kecanggihan tabel-tabel ini, yang bahkan para ahli geografi Eropa pada waktu itu tidak dapat sepenuhnya memahami, membatasi penggunaannya (Paul Lunde dan Zayn Bilkadi, Arabs and Astronomy: 1986).
Instrumen populer lainnya yang digunakan untuk menentukan Kiblat kemudian menjadi Astrolabe. Awalnya dirancang terutama untuk astrologi, navigasi, dan survei, para astronom dari dunia Islam segera menemukan kegunaan lain Astrolabe. Dengan menambahkan tabel khusus ke tabel yang ada di belakang astrolab konvensional, ia memiliki fungsi tambahan untuk menemukan arah ke Mekah, dan akhirnya bisa mendeteksi arah Kiblat (Emily Winterburn, Using an Astrolabe: 2005)
Dengan penyebaran Islam yang cepat, muncul permintaan akan instrumen yang lebih akurat dan lebih mudah digunakan yang dengannya arah Kiblat dapat ditentukan hampir dengan mudah. Ini penting untuk memenuhi kebutuhan populasi Muslim yang berkembang yang telah menyebar jauh di luar Jazirah Arab sehingga membuat penentuan Kiblat dengan instrumen yang tersedia menjadi tugas yang lebih menantang.
Pada abad ke-13 M, pengenalan kompas ke dunia Islam merevolusi seluruh proses penentuan arah Kiblat (Emily Winterburn, Using an Astrolabe: 2005).
Dengan memasukkannya ke dalam astrolab, Mekah bisa ditemukan dari mana saja di seluruh dunia Islam. Kemajuan lebih lanjut terlihat pada kompas yang digunakan bersama dengan indikator Kiblat lainnya seperti indikator Jam Matahari dan Kiblat Persia, yang semuanya cukup terkenal selama abad ke-18.
Pada akhir abad ke-20, alat berbasis kompas dibuat untuk membantu umat Islam dengan cepat menemukan Kiblat. Sebuah kompas yang diberi tanda dan kode khusus untuk kota-kota besar di seluruh dunia dan dengan gambar Kabah di dalam dial-nya menjadi populer pada satu titik. Kompas serupa yang ditempelkan pada sajadah portabel juga menjadi umum dijual di seluruh dunia. Tapi di abad ini, segalanya lebih praktis bagi Muslim.
Dengan perkembangan smartphone dan gadget digital lainnya, masalah yang biasa dihadapi saat mencoba menemukan Kiblat dengan cepat memudar. Baik itu jam tangan, ponsel, atau perangkat GPS genggam, yang terpenting adalah memastikan mereka dilengkapi dengan kompas atau peta yang relevan untuk dapat melakukan fungsi yang diperlukan untuk menemukan Kiblat secara real-time.
BACA JUGA:Â Mengapa Arah Kiblat Dipindahkan?
Tren terbaru telah menjadi penggunaan Layanan Berbasis Lokasi (LBS). LBS melibatkan solusi perangkat lunak yang dikonfigurasi untuk bekerja dengan perangkat seluler genggam, yang pada gilirannya beroperasi pada jaringan nirkabel tertentu. Ketika digunakan bersama dengan aplikasi server Sistem Informasi Geografis (GIS), ini dengan mudah memberikan informasi penting kepada pemilik perangkat seperti rute ke, dan lokasi, jadi arah relatif ke Mekah terhadap lokasi atau posisi mereka saat ini dapat dipastikan (GIM Internasional, Location-Based Services for Emergencies: 2009).
Kombinasi teknologi GIS dan GPS memiliki kemampuan analitis yang memungkinkan untuk menentukan lokasi individu dari setiap pengguna ponsel. Setelah itu, informasi yang diperlukan seperti lokasi Kiblat dan tempat menarik lainnya disajikan kepada pengguna melalui antarmuka peta. Untuk perangkat yang tidak mendukung antarmuka peta grafis, informasi yang diminta datang dalam bentuk instruksi tekstual atau audio.
Sayangnya, mahalnya harga gadget ini membatasi jumlah calon pembeli dan pengguna. Namun, sebagai Muslim, kita memiliki keyakinan teguh bahwa apapun yang Allah perintahkan untuk kita lakukan pada akhirnya untuk keuntungan kita, dan ini termasuk menghadap Kabah dalam Shalat.
Dengan cara yang sama kita berjuang siang dan malam, menghabiskan banyak uang untuk memperoleh pendidikan berkualitas, mobil mewah, dan rumah, kita perlu menyalurkan jumlah sumber daya, energi, semangat, dan semangat yang sama terhadap agama kita. []
SUMBER: ABOUT ISLAM