Di hati umat Islam, Palestina memiliki keistimewaan. Di sanalah terdapat masjid tempat Isra’ nya Nabi Muhammad SAW. Begitu juga dengan masyarakat Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam.
Secara emosional, Palestina dan Indonesia memiliki kedeketan tersendiri. Meskipun jarak yang membentang memisahkan dua negara ini, tapi dukungan dan doa selalu mengalir dari masyarakat Indonesia untuk Palestina.
Kedekatan ini semakin erat dengan adanya seorang warga negara Indonesia yang menetap dan mendukung perjuangan bangsa Palestina. Ia adalah Abdullah Onim, seorang pria asal Halmahera Utara, Maluku Utara.
Pria yang akrab disapa bang Onim ini sudah tinggal di Gaza sejak 2008 lalu. Seperti dilansir dari Anadolu Agency, ia bercerita bagaimana kepedulian masyarakat Indonesia kepada bangsa Palestina.
“Setiap aktivitas kemanusiaan bersama rekan-rekan di sini, saya selalu mengangkat nama Indonesia karena yang memberi bantuan adalah rakyat Indonesia,” ujar suami muslimah Gaza, Rajaa al-Hirthani Onim kini sedang hamil muda.
Bahkan, karena dekatnya Indonesia di hati masyarakat Palestina, setiap hari kemerdekaan Indonesia selalu dirayakan secara rutin di Palestina. Onim berharap, ikatan tersebut tidak hanya secara materi dan emosional, melainkan hubungan akrab yang akan terus terjaga.
“Saya yakin rakyat dan pemerintah Indonesia sampai sekarang masih berkomitmen mendukung kemerdekaan Palestina menjadi negara berdaulat,” jelas sarjana ekonomi dari sebuah universitas di Jakarta ini.
Di Palestina, Onim beraktivitas sebagai wartawan dan juga dipercaya sebagai ketua lembaga Daarul Qur’an pimpinan Yusuf Mansur. Jumlah santrinya lebih dari 250 orang.
Onim juga memonitor dompet peduli umat Daarut Tauhid. Lembaga kemanusiaan milik dai kondang Aa Gym ini fokus pada pembangunan masjid, tahfidz, dan pusat pemberdayaan muslimah dan janda melalui pelatihan menjahit dan peternakan.
Onim juga membuka kantor berita Suara Palestina News Agency di Gaza. Tujuannya agar ada keseimbangan pemberitaan terkait kondisi Palestina.
“Karena media luar sana kadang tidak serius dalam pemberitaan tentang Palestina. Mereka hanya mengikuti perkembangan jika ada konflik. Masyarakat Indonesia dapat mengakses dengan mudah kantor berita miliknya di www.suarapalestina.com,” jelasnya.
Menurut Onim, keberadaan kantor berita ini dapat mengurangi pengangguran di Gaza. Sebab, media ini dikelola wartawan Palestina yang lebih paham nasib bangsanya. Dari 2 juta jiwa warga Gaza, 1,5 juta warga Gaza hidup di bawah garis kemiskinan.
Onim juga menceritakan kisahnya saat agresi militer Israel ke Gaza 2014 lalu. Nyawanya beserta istri dan anaknya hampir terenggut pada saat itu. Ketika itu, roket Israel menghantam lokasi sekitar 20 meter dari pusat tahfidz Daarul Qur’an.
“Alhamdulillah kami selamat meskipun lokasi hantaman roket sangat dekat dari tempat kami berada. Kaca pecah, tembok pun hancur,” kenang dia.
Saat itu juga Onim dan keluarga keluar dari rumah menuju rumah mertua di kota Jabaliya. Ternyata 1 pekan kemudian, roket Israel kembali menghantam markaz tahfidz Daarul Qur’an hingga hancur lebur. “Kini kami sudah bangun kembali,” kenang Onim.
Onim mengaku heran, serangan Israel menyasar lokasi yang sama sekali tak melakukan aktivitas politik ataupun perlawanan. Tempat tersebut hanya pusat membaca dan menghafal Al-Qur’an.
Memasuki tahun kedelapannya di Gaza, Onim dan istri bermimpi dapat membangun sekolah dan asrama, khusus untuk anak yatim di Palestina. Namun, hingga kini mimpinya belum tercapai. “Semoga Allah SWT mudahkan urusan kami,” doa Onim. []
Sumber: Anadolu Agency