SUATU kali, istri Umar bin Abdul Aziz merasa sangat kasihan melihat suami tercintanya itu hanya makan roti tawar dan keras setiap hari. Maka ia menyediakan roti gandum yang lebih lezat dengan racikan daging domba di dalamnya.
Ketika Umar disodori hidangan itu, ia terbelalak. Ini istimewa baginya. Ia bertanya kepada istrinya, “Dari mana kauperoleh makanan mewah ini?”
“Aku bikin sendiri, suamiku, Amirul Mukminin…” jawab istrinya tertunduk.
Umar memperhatikan muka istrinya. “Uangnya dari mana sampai kau bisa membeli semua ini?”
Istrinya menarik nafas panjang. “Aku berhemat dari uang belanja yang kauberikan. Aku kumpulkan sedikit demi sedikit selama satu bulan belakangan ini.”
Kepala Umar mangut-mangut, mengerti, “Berapa semuanya ini?”
Tanpa curiga sang istri menjawab, “Tiga setengah dirham… Amirul Mukminin.”
Umar kelihatan terkejut mendengar jawaban istrinya itu, “Tiga setengah dirham? Banyak sekali. Itu cukup untuk memberi makan dua orang selama dua hari.”
Lalu ketika itu juga Umar memanggil salah seorang pembantunya, “Muzahim, apakah engkau di sini makan kenyang?”
“Kadang-kadang malahan terlalu kenyang…” ujar Muzahim singkat.
“Apakah makanan yang kaumakan di sini lezat?”
Muzahim mendehem, “Jauh lebih lezat daripada makanan yang ada di rumah saya, Amirul Mukiminin.”
“Kalau begitu,” Umar berkata tegas, “kurangi biaya keluargaku dengan tiga setengah dirham sejak bulan ini. Karena belanja yang biasa kuberikan kepada istriku, bisa disimpan tiga setengah dirham tiap bulannya.”
Umar lantas memotong roti di meja, dan dimakannya sebagian guna menyenangkan hati istrinya. Selebihnya diberikan kepada beberapa anak yatim. []