ADA yang menarik dengan Masjid Al-Falah, Orchard Road, Singapura. Masjid ini terletak di tengah kota dan diapit gedung-gedung mall dan pertokoan serba tinggi. Islampos berusaha menemui penjaga (marbot) masjid. Namanya Pak Surani, orang Singapura asli, dan usianya sudah 61 tahun.
“Setiap waktu shalat wajib, setidaknya ada 5 shaff yang shalat berjamaah di masjid ini,” terang Pak Surani pada Islampos. “Mereka adalah para Muslim yang berasal dari Thailand, Filifina, Indonesia, Bangladesh dan beberapa negara lainnya.”
Sekurangnya 3 Shaff Saat Shalat Shubuh
Tanpa dinyana adalah jamaah shalat Shubuh. Sekurang-kurangnya ada tiga shaff yang melakukan shalat berjamaah di masjid ini. “Muslim Singapura, walaupun sedikit, pada umumnya sangat taat,” ujar Surani.
BACA JUGA: Jet Li Ucapkan Selamat kepada Presiden Muslimah Pertama Singapura
Menurut Surani, dari keseluruhan penduduk negeri Singa ini, Muslim mungkin hanya berjumlah sekitar 500 ribu saja. “Itu pun sepertinya kurang.”
Perkembangan Muslim di negeri Singapura cukup pesat. Surani menuturkan, ini mungkin karena pemerintah Singapura cenderung tidak pernah mengekang kebebasan beragama.
“Di negara ini, pemerintah tidak pernah memberikan peraturan yang melarang warganya untuk beribadah. Pembangunan masjid ini juga tidak dibantu oleh pemerintah sama sekali, prinsipnya ‘You have money, you want to build the mosque, then pay..’ Itu juga berlaku sama kepada agama-agama lainnya,” tutur Surani panjang lebar.
Negeri tertib dan bersih
Pertama kali mendarat di Bandara Changi, kesan pertama yang dilihat oleh Islampos adalah bersih, tertib dan rapi. Betul apa yang banyak dibicarakan orang yang pernah ke Singapura bahwa negeri ini merupakan negeri dengan warga yang taat pada peraturan.
Sepanjang jalan, hampir bisa dipastikan bahwa kendaraan melaju dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi, jalanan tidak macet, dan pejalan kaki benar-benar dihormati, bisa berjalan dengan tenang dan tampaknya menikmati kota.
Hanya ada satu dua kendaraan motor. Itupun kebanyakan hanya motor delivery service dari gerai-gerai makanan cepat saji. Begitu pula dengan penjaja makanan. Di sepanjang Orchard Road misalnya, tidak ada kios makanan di pinggir jalan. Ada satu-dua pekerja seni, namun kehadiran mereka tidak mengganggu kenyamanan orang yang sedang berjalan di jalanan kota.
Kota yang sepi dan kalem, tapi…
Pada awalnya, Islampos mengira bahwa Singapura merupakan kota yang sepi dan tenang. Ini karena jalanan raya tidak krodit dengan kendaraan dan kemacetan. Usut punya usut, setelah naik MRT bawah tanah, ternyata, hampir semua pusat keramaian dibangun di area ini. Mulai dari bioskop, tempat makan, took fashion dan lainnya.
BACA JUGA: Hong Kong Tourism Board Mulai Menyasar Wisatawan Muslim
MRT pun melaju tertib dengan peringatan tombol merah jika jumlah penumpangnya sudah mencukupi dan tak bisa ditambah lagi.
Kota tanpa asap rokok
Yang paling mencolok di Singapura adalah orang-orang yang merokok di tempat umum. Nyaris tidak ada orang yang merokok di tempat umum. Para lelaki yang hendak merokok akan mencari tempat yang jauh dan agak tersembunyi, jauh dari keramaian orang.
Makanan halal
Bagaimana dengan makanan halal di negeri Singa ini? Jangan khawatir, di sebagian besar hotel dan restoran, dipisahkan makanan halal untuk Muslim. Jika Anda ingin makan di tempat umum, Anda bisa makan ayam dengan modal kurang dari Rp 100.000 dan bisa membuat Anda kenyang juga. []