Oleh: Early Frida
Kontributor Islampos, Tinggal di Jerman
AKU buka WA, sedikit kaget mendapat notif pesan dari nomor yang tak dikenal. Diawali 8 foto orang yang sedang sibuk bekerja mendirikan bangunan.
“Early, bantu aku dong buat bangun asrama santri. Perlu dana buat batako.”
Begitu pesan yang tertulis setelah 8 foto yang dikirim.
“Assalamu’alaikum, maaf ini dengan siapa ya?”
BACA JUGA:Â Aku Cari Handphoneku, Tadi Ada di Sini
“Aku X, teman sekolahmu dulu.”
“Ohh Assalamu’alaikum pak Ustadz. Gimana sih ini? Ustadz mau minta sumbangan kok ngga ngucap salam,” jawabku setengah bercanda.
“Waalaikumsalaam wrwb. Ini ada namaku di proposal.”
Setelah itu dia mengirim foto halaman terakhir proposal yang mencantumkan tanda tangan dan namanya, lalu foto dirinya berpose dengan baju koko lengkap dengan peci dan sorban.
“Gimana? Kalau mau nanti saya kirim nomor rekeningnya. Saya perlu buat beli batako, perhitungan sih butuh 5000 biji,” sambungnya tanpa tedeng aling-aling.
“Punten Kang, sekarang mah saya uangnya sudah terpakai untuk beli domba kurban.”
“Moal meureun (Ngga aja barangkali),” jawabnya singkat.
Keningku berkerut, niatku untuk menyisihkan uang untuk menyumbang di bulan berikutnya seketika surut.
“Mohon maaf ya Kang.. Semoga dilancarkan rezekinya untuk pembangunan asrama santrinya,” tuntasku.
“Tambahin InsyaAllah dong! Kalau ada rezeki saya mau nabung untuk kebutuhan umat gitu lo!”
“Iya. InsyaAllah 😊 …”
“Nah gitu dong orkay (orang kaya) mah,” tulisnya.
Aku tersedak dan langsung merasa muak. Ini orang katanya punya ilmu agama tinggi kok adabnya begini? Spontan langsung aku ketik jawabanku. “Maksudnya? Terus terang saya tersinggung disebut orkay, karena walaupun saya tinggal di luar negeri bukan berarti saya kaya mendadak.
“Bukannya ngga mau beramal jariyah, tapi saya punya prioritas tanggung jawab terhadap orang tua dan anak saya dan saya sudah berencana untuk berkurban di tanah air tahun ini.”
BACA JUGA:Â Inilah Arti Ikhlas yang Sebenarnya
“Do’a saya buat Anda,” balasnya.
“Aamiin yaa robbal’alamiin,” jawabku.
Astagfirullah, ampuni hamba ya Allah.
Bukan tak mau beramal, tapi aku memilih beramal jariyah di tempat lain saja, daripada nanti aku tak ikhlas. []