Oleh: Riza Febrita (Ummu Zayta)
Kontributor Islampos, tinggal di Bogor, Jawa Barat
zayta2010@gmail.com.
SUDAH menjadi langganan bagi setiap wanita mengalami siklus haid tiap bulannya. Kecuali wanita yang menopouse dan punya penyakit tertentu. Bagi seorang muslimah tentu sudah dimaklumi bahwa banyak ibadah rutinitas yang tidak bisa dikerjakan.
Sholat, puasa wajib dan sederet ibadah ritual lainnya. Kecuali segelintir ibadah yang masih tetap bisa jalan seperti zikir, doa, baca hadits dan menuntut ilmu.
Sebagian orang memahami bahwa ibadah itu adalah energi yang akan menghidupkan hari-harinya sehingga tak jarang jika haid datang maka futur (turunnya semangat iman) dan galau pun ikut melanda.
BACA JUGA: Saat Kau Tersakiti, Lakukan Ini
Bagaimana tidak jika biasanya obat kegalauan itu adalah sholat dan leluasa dengan Al-Qur’an (pendapat ulama yang terkuat adalah tetap memperbolehkan wanita haid membacanya, namun tak boleh menyentuh mushaf secara langsung/ boleh menyentuh bila ada terjemahan dan tafsir), jika datang haid maka tak jarang wanita akan terseok-seok untuk mengumpulkan energi yang berserakan.
Wajar bila Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya paling bisa mengalahkan akal lelaki yang kokoh daripada salah seorang kalian (kaum wanita).” Maka ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa maksudnya kurang akalnya wanita?” Beliau menjawab, “Bukankah persaksian dua orang wanita sama dengan persaksian seorang lelaki?” Ditanyakan lagi, “Ya Rasulullah, apa maksudnya wanita kurang agamanya?” “Bukankah bila si wanita haid ia tidak shalat dan tidak pula puasa?”, jawab beliau. (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 1462 dan Muslim no. 79).
Iman itu yazid ( bertambah/naik) dan yankus ( berkurang/turun). Jika sedang naik , maka semangat sekali untuk beribadah, tapi jika sedang turun, maka selalu malas dan tidak semangat untuk melakukan hal yang bisa mendekatkan diri pada Allah. Hal itu sudah menjadi hal yang biasa dan wajar. Namun masalahnya ketika iman itu sedang turun dan tidak diupayakan untuk ditingkatkan kembali, maka inilah yang tidak wajar.
BACA JUGA: Engkaukah Wanita yang Menanggung Cobaan seperti 5 Wanita Pilihan Sepanjang Masa?
Jadi dalam kondisi haid lebih dianjurkan untuk menyibukkan diri dengan kegiatan pemompa semangat dengan mengingat Allah. Syeikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, ” bila hatimu sedang futhur (malas) dan lemah maka kuatkan dengan melakukan amal-amalan sholih”.
Dengan berakhirnya masa haid, maka energi iman sesegera mungkin untuk dikuatkan dengan mengambil Al-Qur’an dan menyiapkan diri untuk kembali melakukan ibadah-ibadah yang seminggu sudah ditinggalkan.
Wallahu a’lam. []