Oleh : Newisha Alifa
DALAM salah satu quote-nya, seorang Tere Liye pernah berujar kurang lebih bunyinya seperti ini, “Hati itu kalau sudah bocor, maka menambalnya akan susah sekali.”
Entahlah persentase sebenarnya banyakan mana? Mungkin karena saya perempuan dan tentu yang curhat juga kebanyakan sesama perempuan, kesimpulan saya yang sering jadi korban perasaan, yaa … kaum hawa ini.
Tak perlu heran, karena sudah ‘settingan’ dari sananya, perempuan cenderung lebih memakai perasaan ketimbang logikanya.
Tapi sungguhlah, saudariku …
Jika saat ini kau masih dalam masa penantian, maka jagalah hatimu baik-baik.
Jangan biarkan sembarang nama, sukses menyusup untuk singgah di hatimu.
Camkan … SINGGAH, bukan untuk MENETAP.
Tidakkah kau merasa bersalah pada calon suamimu kelak? Bahwa pernah ada pria lain yang sempat menduduki singgasana hatimu?
Lain lagi ceritanya, kalau kita ini setaat Fatimah Az-Zahra yang mencintai seorang Ali bin Abi Thalib dalam diam. Dalam keheningan mendamba seorang pria yang memang dipilihkan Allah untuknya, dan kemudian bersatu dalam ikatan suci bernama pernikahan.
Jaga hatimu, Saudariku …
Karena ketika semua sudah terlanjur, dan Allah tak menghendaki kamu bersatu dengan si dia, yang tersisa hanya tinggal kecewa.
Selamat menjaga hati …
Hingga tiba waktu yang dinanti. []