Oleh: Lisa Budiarti
Pegiat dakwah remaja di Cilacap
DI era digital seperti saat ini, perkembangan teknologi semakin pesat. Dulu ketika orang hendak menyampaikan sesuatu dengan surat. Kemudian berkembang dengan adanya telpon dan faksimile. Selang beberapa tahun berkembang pula telepon menjadi handphone (telepon genggam).
Handphone dulu hanya sebatas alat komunikasi, namun saat ini berkembang lagi seiring dengan kemajuan teknologi terciptalah smartphone. Seperti namanya smartphone atau telepon pintar benda ini bukan hanya sebatas alat komunikasi saja melainkan alat komunikasi sekaligus alat yang bisa digunakan untuk mengakses internet dan bisa dipasang berbagai aplikasi untuk memudahkan kehidupan kita.
BACA JUGA: Tiktok, Aisyah dan Fir’aun
Sebagai contoh dulu seorang muslim yang ingin setiap saat membaca al-qur’an harus membawa kitab Al-qur’an kemana-mana. Namun saat ini cukup dengan memasang Qur’an digital di smartphonenya. Selain sebagai alat komunikasi smartphone juga sebagai sarana hiburan, adanya game dan aplikasi hiburan lainnya bisa dengan mudah diakses hanya dengan satu benda yang bernama smartphone.
Alhasil banyak orang terjangkit virus “nomophobia” no phone phobia atau gelisah ketika harus jauh dengan HP. Penderitanya dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Namun korban terbesar dari nomopbobia ini adalah remaja. Penyebabnya adalah kecanduan smartphone yang biasanya mereka gunakan untuk main game, chatting, selfie ataupun aplikasi sebagai ajang narsis.
Siapa sih yang tidak kenal Smule sebuah aplikasi yang menawarkan fasilitas karaoke bersama dengan jutaan pengguna Smule lainnya.
Dikutip dari viva.com, ditahun 2016 dalam kurun waktu 1 tahun jumlah pengguna smule di Indonesia mencapai 1,5juta pengguna dan didominasi oleh remaja. Bahkan Indonesia menempati urutan pertama pengguna smule terbesar di dunia, mengalahkan Amerika Serikat negara asal aplikasi ini.
Tidak berbeda jauh dengan smule kini muncul aplikasi Tiktok sebuah aplikasi pembuat video pendek yang juga digandrungi netizen di Indonesia khususnya remaja.
BACA JUGA: Blokir Aplikasi Tik Tok, Ini Penjelasan Kominfo
Mengutip data Perusahaan intelegence Sensor Tower, Tik Tok jadi aplikasi yang banyak di download melalui IOS. Dalam tiga bulan pertama 2018, jumlah smartphone iOS yang mendownload Tik Tok mencapai 45,8 juta. Aplikasi ini mengalahkan YouTube dengan 35,3 juta download, Whatsapp 33,8 juta download.
Mengutip SouthChina Morning Post, hingga 12 Juni 2018, ada 300 juta pengguna aktif Tik Tok di China dimana 40% penggunannya berusia 24 tahun hingga 30 tahun.
Tik Tok adalah aplikasi yang oleh ByteDance pada 2016. Startup internet asal China ini memiliki valuasi lebih dari US$20 miliar. Di China aplikasi Tik Tok bernama Douyin.
Konten yang paling populer di Douyin adalah, dance, komedi, bayi, makanan, hewan peliharaan, video pranks (usil) hingga aksi ketangkasan (stunts).
Tiktok Bikin Shock
Kemunculan Tiktok bak kacang goreng di musim bola, aplikasi ini berhasil merebut perhatian generasi muda. Tak jarang aplikasi ini disalahgunakan oleh remaja-remaja yang ingin eksis dan ingin dibilang gaul. Adegan joget-joget tidak jelas, nyanyi dengan gaya tidak senonoh bahkan tidak sedikit yang menanggalkan urat malunya demi dibilang terkenal, banyak follower dan kontroversial. Naudzubillah…
Salah satu pengguna Tiktok yang fenomenal Bowo remaja berusia 13 tahun dengan ribuan followers menjadi icon tiktok yang diidolakan banyak remaja terutama remaja putri. Tak jarang dari followernya mengatakan sesuatu yang tidak sepantasnya mereka katakan. Bagaimana tidak, ada sebagian dari mereka ingin menjadikan Bowo sebagai tuhannya, bahkan dari mereka rela menyerahkan kesuciannya untuk sang idola.
Aplikasi ini benar-benar unfaedah, bahkan bisa dikatakan aplikasi semacam ini adalah perusak moral generasi bangsa.
Selamatkan Generasi Kita
Remaja hari ini terbius dengan pemikiran sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Hal ini didukung pula oleh sistem pendidikan sekuler yang diterapkan di negeri ini. Betapa mirisnya melihat nasib bangsa ini kedepan jika generasi muda saat ini dalam kondisi memprihatinkan. Krisis moral, kasus narkoba, kasus kenakalan remaja, free seks merupakan sederet permasalahan yang menimpa remaja hari ini.
Demam Tiktok yang melanda remaja hari ini telah membuktikan bahwa remaja kita dalam keadaan darurat jatidiri. Urat malunya sudah terputus, generasi pembembek yang miskin teladan dan kehilangan jatidirinya sebagai seorang muslim.
Sebagai generasi muda muslim tidak sepantasnya senantiasa membebek pada hal-hal baru apalagi itu bertentangan dengan syariat Islam.
Dalam pembentukan moral generasi keluarga mempunyai peran penting dalam penanaman akidah dan syariat Islam sehingga anak tidak mudah mengikuti hal-hal yang melanggar syariat dan mengidolakan orang-orang yang salah. Mereka dipahamkan bahwa tidak ada orang yang patut dijadikan idola kecuali Rasul Muhammad SAW.
Dengan penanaman akidah sejak dini mereka akan paham apa tujuan hidupnya yang tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah. Sehingga mereka tidak mudah melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Peran masyarakat juga tidak kalah penting. Budaya amar ma’ruf nahi munkar sangat efektif dalam mencegah segala tindakan yang bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga bisa menekan angka kenakalan remaja dan mengarahkannya pada kegiatan-kegiatan positif.
Dan benteng utama dalam penjagaan generasi adalah negara. Negara seharusnya mengkondisikan suasana keimanan dalam kehidupan. Bagaimana penerapan sistem pendidikan berbasis akidah dan tsaqofah yang bersih dari pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Maka negara wajib menerapkan sistem pendidikan Islam dan memastikan tsaqofah yang masuk ke dalam negeri sesuai dengan Islam.
Membersihkan segala bentuk tsaqofah asing dan menyetop sarana-sarana penyebarannya seperti situs maupun aplikasi penyebarannya. Dengan demikian negara tidak cukup hanya memblokir aplikasi-aplikasi unfaedah seperti Tiktok saja melainkan memblokir juga pemikiran-pemikiran yang merusak seperti liberalisme dan hedonisme. Wallahu’alam bish shawwab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.