UBAIDAH bin Jarrah diberi kepercayaan oleh Khalifah Umar bin Khattab untuk menjadi panglima besar di Suriah. Suatu hari terdengar oleh Abu Ubaidah jika orang-orang sedang memperbincangkan tentang dirinya dan menyanjung-nyanjung dirinya.
Maka dikumpulkanlah orang-orang tersebut lalu berpidato di depan mereka, “Hai umat Manusia! Sesungguhnya aku ini adalah seorang muslim dari suku Quraisy. Siapa saja diantara kalian, baik ia berkulit merah ataupun hitam, yang lebih takwa daripadaku, hati ingin sekali berada di bawah bimbingannya!”
BACA JUGA: Ubaidah ibn al-Harits: Wahai Rasulullah, Apakah Aku Syahid?
Bahkan dengan sikap rendah hati, Abu Ubaidah meminta kepada orang-orang Suriah agar tidak terlalu mememujinya. Sebenarnya itu merupakan sikap yang membuat dirinya mendapat kedudukan khusus di hati mereka. Namun bagi Abu Ubaidah, sikapnya itu semata-mata demi keridhaan Allah.
Nabi pun bersabda, “Barang siapa rendah hati kepada saudaranya sesama muslim, Allah akan mengangkat derajatnya, dan barang siapa menyombongkan diri terhadapnya, Allah akan merendahkannya.” (Hr Thabrani)
Adapun kesederhanaan yang beliau terapkan dalam menjalani kehidupannya yang sebenarnya ia mampu dengan mendapatkan mudah apa yang ia mau sebagai seorang yang berkedudukan tinggi. Tapi Abu Ubaidah sadar jika rasa cinta terhadap harta dan kedudukan dunia mampu membuatnya terperosok serta lalai terhadap agama Allah.
BACA JUGA: Abu Ubaidah, Sahabat yang Jujur dan Kuat
“Demi Allah, bukanlah kemelaratan yang aku takuti bila menimpa kalian, tetapi yang aku takuti adalah bila dilapangkan dunia bagimu sebagaimana pernah dilapangkan bagi orang-orang sebelumnya, lalu kalian saling berlomba sebagaimana mereka berlomba, lalu kalian dibinasakan sebagaimana mereka dibinasakan.” (HR. Ahmad)[]
Sumber: Oase Kehidupan, Merujuk Kisah-Kisah Hikmah Sebagai Teladan/Penerbit: Marja/Penulis:Abu Dzikra – Sodik Hasanuddin,2013