TURKI–Para aktivis kemanusiaan dikabarkan telah memperingatkan tentang meningkatnya jumlah keluarga Suriah yang menikahkan anak perempuan mereka yang masih di bawah umur dengan pria Turki untuk mendapatkan uang di tengah pandemi corona.
ECPAT, sebuah jaringan organisasi yang bekerja untuk mengakhiri eksploitasi seksual terhadap anak-anak, menggambarkan fenomena ini sebagai “cara penanggulangan ekonomi” bagi keluarga Suriah yang putus asa dan tidak mampu memberikan nafkah untuk anak-anak mereka.
BACA JUGA:Â SNHR: 1.006 Warga Sipil Suriah Tewas di 6 Bulan Pertama 2020
“Kami telah mendengar kasus keluarga Suriah menjual anak perempuan mereka untuk dinikahkan -baik secara formal maupun informal- dengan pria Turki. Terkadang si anak jadi istri kedua atau ketiga dari seorang pria. Ini bertujuan agar si anak bisa bertahan hidup dan keluarganya juga mendapatkan uang untuk makan atau membayar sewa,” kata Ezgi Yaman, sekretaris jenderal ECPAT Turki.
“Kami mendengar beberapa kasus keluarga Suriah tidak mampu membayar sewa kepada pemilik, sehingga mereka berkata: ‘Kami memberikanmu putri kami,'” tambahnya.
Dalam beberapa kasus, gadis yang tinggal di rumah tuan tanah Turki juga mengalami eksploitasi seksual selain dipekerjakan seperti budak. Keluarga-keluarga Suriah juga tidak melaporkan perihal perkawinan anak perempuan mereka secara resmi karena takut kehilangan dokumen hukum atau status hukum mereka sebagai pengungsi.
Di tengah pandemi virus corona, sangat sulit bagi organisasi untuk menjangkau anak-anak keluarga Suriah. Kekerasan dalam rumah tangga dan seksual juga meningkat selama penguncian, yang berakhir di Turki pada 1 Juni.
BACA JUGA:Â PBB: Krisis Kelaparan di Suriah Memburuk, Wabah Covid-19 bisa Meningkat
Laporan tersebut juga menyoroti rencana undang-undang yang kontroversial yang diperdebatkan di parlemen awal tahun ini. RUU tersebut akan memungkinkan laki-laki yang dituduh melakukan hubungan seks dengan anak di bawah umur untuk mendapatkan hukuman yang ditangguhkan jika mereka menikahi korban dan perbedaan usia mereka kurang dari sepuluh tahun. Namun, banyak LSM menentangnya karena menempatkan para pengungsi perempuan berisiko mengalami eksploitasi.
Turki adalah rumah bagi populasi pengungsi anak terbesar di dunia. Tercatat hingga April 2020, Turki menampung hampir empat juta pengungsi, di mana 3,6 juta berasal dari Suriah. []
SUMBER: MEMO