CINA—Muslim dari etnis minoritas Hui di kota Hefei Provinsi Anhui, China timur mulai resah. Padahal mereka telah hidup bebas masalah selama berabad-abad bahkan sampai sekarang, SBS melaporkan pada Rabu (12/4/2017).
Hui yang telah membentuk setengah dari penduduk Islam Cina dan diatur oleh Partai Komunis yang berkuasa, relatif mampu berasimilasi dengan masyarakat dan bebas masalah.
Rencana pemerintah memindahkan masjid kelompok Hui ke kompleks baru dan lebih besar disambut baik warga Muslim. Sayangnya, rencana ini ditentang masyarakat Hefei dengan menggelar aksi protes. Diduga aksi ini didorong oleh sentimen anti-Muslim di media sosial.
Imam masjid Nangang, Tao Yingsheng mengatakan masalah ini berasal dari media sosial dan bukan berasal dari masyarakat setempat.
“Beberapa orang sengaja menghasut permusuhan antara kelompok etnis yang berbeda lewat situs micro-blogging, Weibo. Hal ini telah membuat masalah lebih rumit, lebih pelik,” kata Tao.
Menurut laporan, seorang pejabat anti-Islam yang dikenal sebagai ‘Cui Zijian’ telah mengundang kontroversi. Postingannya yang diikuti oleh 30 ribu orang telah beredar luas, mendorong non-Muslim setempat untuk menggunakan darah babi untuk menghentikan pembangunan masjid baru di Nangang.
Isa Ma adalah pemuda Muslim Cina yang saat ini menempuh studi di Hong Kong. Ia sering merespon serangan terhadap Islam secara online dan mencoba untuk meluruskannya. Ma mengaku ia merasa serangan ini didasarkan pada “kebodohan yang tak bersalah,” dan mencerminkan tren internasional.
“Saya melihatnya sebagai efek tertunda dari Islamofobia global yang yang telah ada selama satu dekade atau lebih,” demikian Ma. []