TERIK matahari suatu ketika sahabat Utsman ibn Affan sedang beristirahat di rumahnya dalam cuaca yang sangat panas sampai unta pun terpaksa berteduh di bawah bayangan masjid. Tidak lama kemudian datanglah seorang pria separuh baya terhuyung-huyung menutupi mukanya.
Tanpa menghiraukan hamburan debu, orang itu berlari menembus tengah hari yang panasnya mengeringkan semak belukar. Utsman ibn Affan mengintai dari jendela rumahnya. Dia heran, siapakah lelaki yang menantang matahari sendirian, sementara di jalan tak seorang pun yang berani keluar dari tempat berteduh?
Utsman menyangka, lelaki itu orang asing yang sedang ditimpa kesusahan. Tiada berapa lama kemudian, lelaki itu muncul kembali dengan menuntun seekor sapi pada tali kekangnya.
BACA JUGA: Belajar Kedermawanan dari Utsman bin Affan (1)
Tanpa beranjak dari jendela, Utsman memanggil orang asing itu agar berlindung dari sengatan panas di rumahnya. Dan mengenai kesusahannya, Utsman akan menolongnya. Maka, alangkah kagetnya Utsman ibn Affan sesudah lelaki itu melintasi halaman rumahnya.
Ternyata dia adalah Amirul Mukminin, Khalifah Umar bin Khattab. Dengan serta merta, Utsman keluar dan bertanya,”Dari mana engkau, wahai Amirul Mukminin?”
Umar menjawab, “Engkau lihat sendiri, bukan, aku sedang menyeret sapi?”
“Milik siapa sapi itu?” tanya Utsman tambah terkejut, sebab biasanya Umar tidak terlalu merisaukan harta bendanya.
“Ini salah satu sapi sedekah kepunyaan anak-anak yatim yang tiba-tiba terlepas dari kandangnya dan lari ke jalanan. Jadi aku mengejarnya, dan alhamdulillah dapat kutangkap.”
Utsman tersentak. “Tidakkah ada orang lain yang dapat melakukan pekerjaan itu? Dan bukannya engkau sendiri seorang khalifah?”
Umar memotong tegas, “Siapakah yang bersedia menebus dosaku di Hari Perhitungan kelak? Maukah orang itu memikul tanggung jawabku di hadapan Tuhan? Kekuasaan adalah amanat, Saudaraku. Bukan kehornnatan.”
Utsman menyarankan agar Umar beristirahat dahulu menunggu cuaca agak redup.
Umar hanya menjawab, “Kembalilah ke tempatmu bernaung, Saudaraku. Biarlah kuselesaikan kewajibanku.”
BACA JUGA: 9 Keutamaan Bersedekah
Dengan terseok-seok, Umar melanjutkan perjalanannya diikuti tatapan mata Utsman yang membasah.
Utsman bergumam, “Engkau merupakan cermin bagaimana seharusnya seorang pemimpin negara berbuat, dan hal itu pasti membuat berat para khalifah sesudahmu.” []
Sumber: Kisah-Kisah Islam Anti Korupsi /Karya: Nasiruddin Al-Barabbasi/Penerbit: Mizania/2009