Oleh: Ainul Ma’rifah
ainulmarifah1453@gmail.com
DEMI raga yang lain merupakan judul sebuah lagu yang sengaja diambil untuk tulisan ini. Lagu berjudul “Demi Raga yang Lain” merupakan lagu karya pasangan musisi Eka Gustiwana dan Yessiel Trivena. Lagu tersebut memuat lirik penuh haru tentang perjuangan dan pengorbanan para tenaga medis yang bertaruh nyawa menangani pasien Covid-19 hari ini. Dan lagu tersebut dibuat khusus untuk memberikan apresiasi luar biasa kepada para medis atas jasanya menjadi garda terdepan melawan pandemi Covid-19. Tulisan ini pun didedikasikan untuk mengapresiasi perjuangan tersebut yang mungkin tak akan pernah cukup.
Istilah “demi raga yang lain” bisa diartikan dengan mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Dalam Islam istilah ini disebut dengan al-itsar. Secara bahasa al-itsar bermakna melebihkan orang lain atas dirinya sendiri. Islam menempatkan al-itsar sebagai puncak tertinggi dari ukhuwah islamiyah dan merupakan hal yang sangat dicintai oleh Allah Ta’ala dan juga dicintai oleh setiap makhlukNya.
BACA JUGA:Sukses dan Pengorbanan
Imam al-Ghozali mengatakan bahwa ai-itsar adalah akhlak tertinggi dalam kedermawanan. Mengapa bisa demikian? Karena jika dilihat secara logika, tidak mudah mengamalkan konsep ini. Al-itsar merupakan hal yang sangat berat, mengorbankan dirinya sendiri demi kepentingan orang lain tanpa mendapatkan imbalan apapun. Akan tetapi di dalam agama Islam, hal ini bukanlah suatu hal yang mustahil.
Allah SWT mengabadikan sikap al-itsar kaum muslimin terhadap saudaranya ketika peristiwa hijrah dari Mekah ke Madinah dalam al-Qur’an surat al-Hashr ayat 9 yang artinya, “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada memiliki keinginan di dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Selain dalam al-Qur’an, tinta emas sejarah Islam telah menuliskan kisah keteladaan itsar dari para sahabat Rasulullah SAW. Kisah ini adalah salah satu kisah yang paling menyentuh dari banyak kisah sahabat yang pernah diriwayatkan. Kisah tiga orang sahabat Nabi di Perang Yarmuk yang dengan sempurna memberikan contoh kepada kita tentang apa itu itsar. Kisah ini terjadi pada akhir Perang Yarmuk. Saat itu ada tiga orang mujahid yang terkapar dalam kondisi kritis. Mereka adalah Al-Harits bin Hisyam, Ayyasy bin Abi Rabi’ah, dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Ketika itu Al-Harits meminta air minum. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia mengetahui kondisi Ikrimah juga dalam keadaan yang mengkhawatirkan seperti yang ia alami. Lalu ia pun berkata kepada si pembawa air, ”Berikan dulu kepada Ikrimah,”. Seketika itu pula si pembawa air menuju tempat Ikrimah tergeletak tak berdaya untuk memberikan air kepadanya. Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyasy menengok kepadanya. Ia juga melihat Ayyash sedang dalam kondis i kritis seperti dirinya atau bahkan mungkin lebih parah lagi. Lalu dengan tegas Ikrimah berkata kepada si pembawa air, ”Berikan dulu kepada Ayyasy!”. Si pembawa air pun langsung menuju tempat Ayyash. Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, ternyata didapatinya Ayyashs telah syahid. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah, namun ia juga mendapati bahwa keduanya telah menemui syahidnya.
Sungguh keteladanan luar biasa dari para sahabat Rasulullah SAW tentang sikap itsar atau mendahulukan saudara yang lain. Hingga ketiganya mendapat syahid dijalanNya. Kisah di atas hanyalah satu dari banyak kisah sikap itsar para sahabat. Sikap itsar yang di miliki para sahabat tersebut adalah hasil gemblengan luar biasa dari orang paling mulia Rasulullah Muhammad SAW, sikap itsar yang lahir dari iman yang benar, tangguh dan menghujam dalam hati.
BACA JUGA: Lawan Corona dengan Pola Hidup Islami
Itulah gambaran sikap itsar dari para generasi Islam terdahulu. Dan hari ini para medis yang menjadi garda terdepan melawan pandemi Covid-19 pun sama. Mereka juga menunjukkan sikap itsar yang luar biasa. Mereka rela mendahulukan kepentingan para pasien yang telah positif Covid-19 tanpa memedulikan kondisi mereka sendiri. Hal ini terbukti dengan gugurnya 10 dokter yang telah menangani pasien Covid-19 serta puluhan tenaga medis lainnya yang juga telah tertular Covid-19 dari pasien yang mereka rawat.
Rahimahullahu ta’ala para pahlawan kesehatan. Jasamu layaknya mati syahid di medan perang. Bahkan tulisan ini pun tak bisa menggambarkan betapa luar biasanya dirimu. Semoga surga menjadi balasan terbaik untukmu dari Allah SWT. Aamiin. Wallahua’lam bi ash-showab. []
OPINI adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.