MYANMAR—Berbagai cara dilakukan Muslim Rohingya demi melarikan diri ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari kekejaman rezim Myanmar. Tak terkecuali Nabi Hussain, 13, yang berutang nyawa kepada sebuah wadah minyak plastik kuning.
Melansir Alarabiya pada Senin (13/11/2017), Hussain tidak dapat berenang, bahkan belum pernah melihat laut sebelum melarikan diri dari desanya di Myanmar. Namun untuk selamatkan diri, Hussain berpegangan pada wadah minyak kosong dan berjuang dengan berenang menyeberangi laut dengan jarak tempuh sekitar empat kilometer, untuk sampai ke Bangladesh.
Muslim Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan pasukan rezim Myanmar sejak 25 Agustus silam dan  sekarang mereka amat putus asa. Bahkan sebagian dari mereka berusaha untuk berenang ke tempat yang aman di negara tetangga Bangladesh.
Hanya dalam seminggu, lebih dari tiga lusin anak laki-laki dan remaja menggunakan wadah minyak goreng untuk dibuat seperti rakit. Dengan benda tersebut mereka berenang menyeberangi mulut Sungai Naf dan berakhir pantai di Shah Porir Dwip, sebuah kota nelayan dan tempat perdagangan ternak.
“Saya sangat takut mati. Kupikir ini akan menjadi hari terakhirku,” kata Hussain seorang anak laki-laki kurus dengan kaus polo bergaris.
“Kami mengalami banyak penderitaan, jadi kami pikir tenggelam di air adalah pilihan yang lebih baik,” kata Kamal Hussain, 18, yang juga berenang ke Bangladesh dengan sebuah wadah minyak.
Nabi tahu hampir tidak ada orang di negara baru ini, dan orang tuanya kembali ke Myanmar tidak tahu bahwa dia masih hidup. Dia tidak tersenyum dan jarang melakukan kontak mata.
Nabi tumbuh di pegunungan Myanmar, anak kesembilan dari sembilan anak petani yang tumbuh paan, daun sirih digunakan sebagai tembakau kunyah. Dia tidak pernah pergi ke sekolah. []