JENEWA—Sekitar 200 orang dari negara-negara seperti Aljazair, Maroko, Tanzania, Rumania, Palestina dan Mesir beserta Aliansi HAM Internasional, berunjuk rasa di depan kantor PBB di Jenewa, Swiss, memprotes embargo terhadap Qatar, Ahad (9/7/2017).
“Pertama, el-Sissi melakukan kudeta di Mesir. Kemudian, Turki mengalami upaya kudeta berdarah. Baru-baru ini, mereka mencoba untuk melakukan kudeta di Qatar. Kita hanya ingin mengatakan ‘Cukup sudah, cukup’. Kami ingin praktik yang tidak adil ini segera berakhir,” ujar Erdem Demirtaş, ketua Aliansi Internasional untuk Hak Asasi Manusia dan Asosiasi Pembangunan, seperti dikutip dari Yeni Safak.
Dalam orasi di lapangan “broken chair sculpture” –lambang perlawanan melawan kekerasan bersenjata yang menargetkan warga sipil- di depan kantor PBB, demonstran meminta blokade diplomatik terhadap Qatar segera dicabut.
Demonstran menyatakan bahwa 6.474 HAM keluarga di Qatar, telah dilanggar oleh negara-negara Teluk sejak keputusan blokade diluncurkan.
Para demonstran, sepanjang demonstrasi tersebut, mengadakan plakat yang mengecam pemimpin negara-negara Arab yang mengambil keputusan blokade melawan Qatar.
Selain meneriakkan “Akhiri embargo di Qatar,” demonstran juga menyanyikan yel-yel seperti “Qatar independen,” “sudah cukup,” “Al Jazeera tidak dapat ditutup,” “el-Sissi pembunuh,” dan “Palestina merdeka.”
Demonstrasi itu disaksikan pula oleh kepala dan anggota Organisasi Perlindungan HAM Swiss, Asosiasi Dewan Pemuda, Dewan HAM untuk Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia, dan Asosiasi Hak Asasi Manusia, Dewan Pertimbangan, Persamaan dan Perdamaian (Cojep), dan Asosiasi untuk Hak Asasi Manusia dan Solidaritas Swiss.
Muslim asal Swiss juga turut berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut, mereka didukung oleh ekspatriat Turki di Swiss dengan mengibarkan bendera Turki.
Wisatawan di alun-alun di depan kantor PBB juga menyaksikan demonstrasi yang berlangsung hampir dua jam lamanya.
Diketahui, pada 5 Juni lalu, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Mesir dan Yaman mengumumkan bahwa mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Mereka juga memberlakukan blokade terhadap pihak Doha, dengan menuduh Qatar “mendukung kelompok-kelompok teror,” pernyataan yang kemudian disangkal mentah-mentah oleh Qatar. []