NEW YORK–Demonstrasi di Iran yang merupakan salah satu negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) diduga turut memicu kenaikan harga minyak mentah dunia. Pada Rabu (3/1/2018), harga minyak mentah dunia telah mencapai level tertingginya dalam dua setengah tahun terakhir ini.
“Sementara tensi di Iran jelas merupakan salah satu faktor, kuatnya data ekonomi hari ini juga mendorong terjadinya reli harga,” ujar Partner Again Capital LLC John Kilduff, di New York, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (1/4/2018).
Selain demonstrasi di Iran, naiknya harga minyak mentah dunia juga diperkirakan dipicu oleh kuatnya data perekonomian AS dan Jerman yang mendorong permintaan minyak.
Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediaries (WTI) naik 2,1 persen atau US$ 1,23 menjadi US$ 61,62 per barel. Ini harga tertinggi sejak Juni 2015. Harga tersebut juga di atas level tertinggi dalam sesi perdagangan US$ 61,67 per barel.
Sedangkan, harga minyak mentah berjangka Brent naik US$ 1,13 atau 1,7 persen menjadi US 67,71 per barel pasca menyentuh US$67,84 per barel tertinggi sejak Mei 2015.
Sementara itu, harga minyak yang memuncak di AS mendapatkan dorongan dari cuaca dingin di Pesisir Timur (East Coast), yang telah menarik sejumlah tank pengangkut solar dan minyak penghangat dari Eropa, melawan rute perdagangan tradisional.
Kepala Strategi Komoditas Denmarks Saxo Bank Ole Hansen mengingatkan, beberapa gangguan pasokan yang bersifat temporer seperti gangguan pada pipa minyak Forties Laut Utara dan Libya dan protes di Iran juga membatu dalam mencetak rekor posisi beli (long) spekulatif.
Dengan teratasinya gangguan pada pipa dan protes di Iran yang belum menunjukkan tanda gangguan pada produksi minyaknya, Hansen memperkirakan harga dapat turun pada awal 2018, khususnya akibat kenaikan produksi minyak AS.
“Ini hanya soal waktu sebelum target produksi [AS] sebesar 10 juta barel per hari tercapai,” ujar Hansen. []