PASCA peristiwa 11 September 2001, Amerika melancarkan “perang melawan teror”. Akibatnya, setengah juta orang tewas dalam kekerasan di Iraq, Afghanistan dan Pakistan. Demikian hasil penelitian lembaga pengkajian AS, Watson Institute for International dan Public di bawah naungan lembaga Brown University, yang dikeluarkan pada Kamis (08/11/2018).
Menurut kajian tersebut, jumlah korban tewas akibat “perang melawan teror” diperkirakan berada di angka antara 480.000 dan 507.000 orang. Namun lembaga itu menegaskan bahwa angka sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.
BACA JUGA: Muslim Amerika Galang Dana untuk Korban Penembakan di Sinagog Pittsburgh
“Hasil terbaru menunjukkan lebih dari 110.000 orang tewas pada angka terakhir yang dirilis hanya dua tahun lalu pada Agustus 2016,” kata lembaga tersebut.
Laporan itu menambahkan, seskipun rakyat Amerika, pers dan anggota Kongres mengabaikan perang melawan teror, peningkatan jumlah korban tewas yang baru menunjukkan bahwa perang ini masih berkecamuk.
Laporan tersebut menjelaskan bahwa jumlah korban ini mencakup gerilyawan, polisi setempat, pasukan keamanan, penduduk sipil dan pasukan koalisi.
Penyusun penelitian itu, Nita Crawford, mengatakan bahwa banyak kematian yang dilaporkan oleh Amerika Serikat dan pasukan lokal sebagai pemberontak adalah warga sipil.
“Kita mungkin tidak pernah tahu jumlah total korban sebenarnya dari perang semacam itu,” kata Crawford.
BACA JUGA: Raquel, Polisi Detroit Amerika, Masuk Islam Karena Peristiwa 9/11
Sebagai contoh, jelasnya, dalam perang di Mosul. Puluhan ribu sipil mungkin tewas saat pertempuran merebutkan kota tersebut namun jasad mereka tak bisa dievakuasi.
Menurut penelitian, antara 182.272 dan 204.575 warga sipil tewas di Iraq, 38.480 di Afghanistan dan 23.372 di Pakistan.
Sekitar 7.000 tentara AS tewas di Irak dan Afghanistan.
Itu tidak termasuk korban mereka yang tewas secara tidak langsung akibat perang, seperti mereka yang meninggal akibat penyakit dan kurangnya infrastruktur. []
SUMBER: ARAB21