AL-QUDS– Jum’at ke dua setelah penutupan, Masjidil Aqsha masih kosong dari jamaah shalat Jum’at. Tidak ada khutbah, shalat, maupun doa di dalam Masjidil Aqsha, hanya suara adzan yang terdengar.
Namun, kali ini atas keinginan warga Baitul Maqdis sendiri. Jamaah menolak masuk Masjidil Aqsha melalui detektor logam yang dipasang penjajah Zionis hari Minggu (16/7/2017) lalu.
Dan Hal ini pun, sebagai jawaban atas seruan ulama dan tokoh-tokoh Palestina untuk menutup seluruh masjid di Baitul Maqdis pada hari Jum’at (21/7/2017 ) kemarin, dan beramai-ramai datang menunaikan shalat Jum’at di dekat gerbang masuk Masjidil Aqsha.
Puluhan ribu jamaah peserta aksi bela Masjidil Aqsha memadati jalanan Baitul Maqdis. Para pemuda Baitul Maqdis datang lebih awal, sejak pagi-pagi sekali sekitar dua sampai tiga jam sebelum shalat Jum’at mereka sudah ribath di jalanan Baitul Maqdis.
Sementara itu, gerombolan serdadu penjajah Zionis hari itu mangkal di banyak titik di Baitul Maqdis. Bahkan sehari sebelumnya telah mengumumkan bahwa yang boleh masuk Kota Tua di Baitul Maqdis adalah para lelaki usia di atas 50 tahun dan semua usia bagi perempuan.
Hari itu kota Baitul Maqdis diubah menjadi barak militer. Sejak malam serdadu-serdadu telah memasang pembatas-pembatas besi lantaran takut jebol ditembus para peserta aksi bela Masjidil Aqsha.
Penjajah Zionis menempatkan tiga pos pemeriksaan militer di sekitar Kota Tua sehingga bagi warga yang ingin berangkat Jum’atan ke Masjidil Aqsha harus melewati ketiga pos pemeriksaan itu. Serdadu Zionis akan memeriksa usia, kartu identitas, serta menggeledah tas milik jamaah perempuan.
Di tengah situasi seperti inilah ribuan jamaah peserta aksi bela Masjidil Aqsha menunaikan shalat Jum’at. Mereka mendekat ke titik paling dekat dengan Masjidil Aqsha. Shalat dan khutbah Jum’at hari itu diadakan sedikitnya di sembilan titik di Baitul Maqdis yang dekat dengan Masjidil Aqsha, di antaranya: Bab Al-Asbat, Bab Khittah, Bab Al-Majlis, Bab As-Silsilah, Bab Al-Khalil, Jalan Shalahuddin Al-Ayyubi, depan Bab Al-Amoud, Wadi Al-Jauz, Ras Al-Amoud dan di sejumlah titik lain.
Di antara laki-laki usia di atas 50 tahun dan perempuan hanya sedikit yang bisa sampai ke Bab Al-Asbat, lokasi Mufti Palestina Syaikh Muhammad Hussein mendirikan shalat Jum’at bersama para peserta aksi bela Masjidil Aqsha. Itu merupakan lokasi yang sama dimana warga Baitul Maqdis berdiri tegak ribath selama enam hari berturut-turut di depan gerbang Masjidil Aqsha untuk memprotes aturan masuk melalui detektor logam.
Jumlah jamaah terbanyak terdapat di dua lokasi, yakni di Wadi Al-Jauz dan Jalan Shalahuddin Al-Ayyubi. Jumlah Jamaah di dua lokasi ini di luar perkiraan mencapai puluhan ribu. Jamaah shalat di dua lokasi tersebut dan di lokasi lain seperti di Bab Al-Amoud mendapat serangan bom suara dan tembakan peluru karet dari gerombolan serdadu penjajah. Sejauh ini ada tiga pemuda yang syahid dalam serangan itu, salah satunya ditembak oleh pemukim ilegal Yahudi.
Sama seperti hari-hari sebelumnya ketika warga Baitul Maqdis berdiri tegak di depan gerbang Masjidil Aqsha karena menolak masuk melalui detektor logam, hari itu pun tampak solidaritas kolektif di antara para peserta aksi bela Masjidil Aqsha. Terlihat ada keluarga yang bertabarru’dengan membagikan air dingin kepada para peserta aksi, ada lagi yang menyiramkan dan mengguyurkan air dingin ke wajah dan ke kepala para peserta aksi bela Masjidil Aqsha untuk mendinginkan kepala mereka dari panas terik yang menyengat.
Ungkapan yang sering terdengar di antara para peserta aksi bela Masjidil Aqsha ialah “Tidak apa-apa, semua demi membela Masjidil Aqsha.
” Ada yang pecah kaca mobilnya saat terjadi bentrok dengan serdadu penjajah, sambil senyum berkata, “Demi bela Masjidil Aqsha.” Ada lagi ibu-ibu keletihan karena panas, pun mengulang kalimat yang sama. Ungkapan ini terdengar di sela sahut menyahut para peserta meneriakkan:
“Dengan nyawa dan darah kami bela kau, ya Masjidil Aqsha,”Pungkasnya.[]
Sumber: Al-Jazeera/SahabatAl-Aqsha