WATYU pertama yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad ﷺ datang melalui mimpi saat ia berusia 40 tahun. Dalam mimpi tersebut, Nabi Muhammad berada seorang diri dalam Gua Hira di Jabal Nur, dan bertemu dengan Malaikat Jibril.
Melalui Malaikat Jibril, wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Lima ayat tersebut menegaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ diperintahkan oleh Allah SWT untuk membaca.
Enam bulan menjelang tahannuts ketiga, beliau selalu bermimpi dengan mimpi yang benar (ru’ya shadiqah). Serupa fajar Subuh yang menyingsing. Di tahun itu pula, ketika usia Rasulullah sudah memasuki 40 tahun, tampak tanda-tanda kenabian lainnya seperti sebuah batu di Makkah yang mengucap salam kepada beliau.
BACA JUGA: Saat Nabi Pergi
Pada bulan Ramadhan saat beliau ber-tahannuts untuk ketiga kalinya, datanglah Malaikat Jibril seraya mengatakan, “iqra’ (bacalah).”
Rasulullah menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Lalu Jibril mendekap Rasulullah hingga beliau kehabisan tenaga. Lalu diulangi lagi hingga tiga kali dan Rasulullah juga mengulangi jawaban yang sama.
Lalu Jibril pun menyampaikan wahyu pertama:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al ‘Alaq: 1-5)
Peristiwa ini diabadikan dalam hadits ketiga Shahih Bukhari:
BACA JUGA: Bacaan Surat Al Fatihah Diamalkan Sahabat Nabi dalam Pengobatan
Dari Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Pertama turunnya wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara mimpi yang benar waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi.
“Semenjak itu hati beliau tertarik untuk mengasingkan diri ke Gua Hira. Di situ beliau beribadah beberapa malam, tidak pulang ke rumah istrinya. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah, untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya.”
Kemudian beliau kembali ke Gua Hira, hingga suatu ketika datang kepadanya kebenaran (wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira.
Malaikat datang kepadanya, lalu berkata, “Bacalah.”
Nabi menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Nabi menceritakan, “Maka aku ditarik dan dipeluknya hingga aku kepayahan. Lalu aku dilepaskannya dan disuruh membaca.
Malaikat berkata, “Bacalah.”
Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Maka aku ditarik dan dipeluknya hingga aku kepayahan. Lalu aku dilepaskannya dan disuruh membaca. “Bacalah.”
Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca.”
Maka aku ditarik dan dipeluknya untuk kali ketiga.
Kemudian aku dilepaskan seraya ia berkata, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Demi Tuhanmu yang Maha Mulia.”
Setelah itu Nabi pulang ke rumah Khadijah binti Khuwailid.
Rasulullah kemudian bergegas pulang dalam kondisi menggigil seperti demam. “Selimuti aku, selimuti aku,” kata beliau kepada Khadijah. Setelah diselimuti Khadijah dan badannya tak lagi menggingil, Rasulullah menceritakan apa yang dialaminya.
“Aku khawatir terhadap keadaan diriku sendiri,” kata beliau.
BACA JUGA: Nabi, Di Malam Kelahirannya ...
Khadijah menenangkan Rasulullah dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan beliau. “Tidak, demi Allah, Allah takkan menghinakanmu. Karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, membantu orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran.”
Tak hanya menenangkan Rasulullah, Khadijah kemudian mengajak beliau menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal, pendeta Nasrani berusia lanjut yang menguasai bahasa Ibrani.
Setelah mendengar cerita Rasulullah, Waraqah mengatakan, “Itu adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Musa. Andaikan aku masih muda pada masa itu. Andaikan aku masih hidup saat kaummu mengusirmu.”
Waraqah mengatakan kesungguhannya akan membantu Rasulullah jika berumur panjang. Namun tak lama setelah itu ia meninggal dunia. []