KETIKA beliau merasa sedikit enak, beliau hendak berdiri, namun jatuh pingsan lagi beberapa saat. Ketika siuman, pertama kali yang beliau tanyakan adalah, “Apakah orang-orang sudah shalat?” Mereka menjawab, “Belum. Mereka menunggumu, wahai Rasulullah.”
“Tuangkan air ke dalam bejana,” pinta beliau. Para sahabat segera memenuhi permintaan beliau. Lalu dengan air yang dingin itu tubuh beliau diguyur. Beliau mengisyaratkan dengan tangan (pertanda sudah cukup).
Beliau mencoba bangkit kembali, namun pingsan lagi. Keluarga yang menyaksikannya merasa terharu dan meneteskan air mata.
BACA JUGA: 5 Wasiat Nabi dalam Amalan Sebelum Tidur
Sedangkan orang-orang masih menanti Rasul di dalam masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah. Ketika sadar, beliau kembali bertanya, “Apakah orang-orang sudah shalat?” “Belum. Mereka menunggumu, wahai Rasul,” jawab mereka. Rasulullah berharap mampu berdiri untuk melaksanakan shalat berjamaah bersama mereka. Namun penyakit yang ia alami telah membuatnya tak berdaya untuk bisa bangkit.
Ketika tak mungkin bangkit lagi, beliau menoleh ke arah sahabatnya sambil berkata, “Suruh Abu Bakar untuk mengimami mereka.” Abu Bakar pun menjadi Imam. Tangis kesedihan Abu Bakar yang menjadi imam membuat para makmum tak mampu mendengar lantunan ayat-ayat Al-Quran dengan jelas. Akhirnya shalat Isya’ selesai dilaksanakan.
Kemudian mereka berkumpul melaksanakan shalat Subuh dengan Abu Bakar yang menjadi Imamnya lagi. Begitupun dengan hari-hari berikutnya diimami oleh Abu Bakar.
Hari itu Rasul merasa akan meninggalkan mereka semua untuk kembali ke alam akhirat. Rasul tersenyum melihat mereka shalat. Senyuman itu berseri seperti bulan purnama. Lalu beliau memasang kembali tabir dan berbaring lagi di atas kasurnya. Mulailah sakaratul maut mendatangi beliau.
Aisyah berkata, “Aku menyaksikan Rasulullah hendak wafat. Ketika itu di dekatnya ada mangkuk berisi air. Beliau celupkan tangannya ke mangkuk itu lalu mengusap wajahnya sambil berkata, ‘Laa ilaaha illallaah, sesungguhnya dalam kematian ada fase yang menyakitkan’.”
Fatimah bertanya sambil menangis, “Begitu sakitkah wahai ayah?” Beliau menoleh ke putrinya itu dan menjawab, “Tidak ada lagi rasa sakit yang diderita bapakmu setelah ini.” Kemudian Fatimah mengusap wajah ayahnya dan mendoakan kesembuhannya. Tetapi beliau berkata, “Tidak. Aku malah mengharap segera bertemu Allah, bersama Jibril, Mikail dan Israfil.”
BACA JUGA: 6 Tanda Kamu Mencintai Nabi Muhammad SAW
Seketika itu tubuhnya mulai melemah dan datanglah sakaratul maut. Beliau mengulang-ulang kalimat yang ia pesankan kepada orang-orang sepeninggalnya.
“Sesungguhnya Allah melaknat Yahudi, dan Nasrani. Mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid. Allah sangat murka sekali kepada suatu kaum yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.”
Sedangkan kalimat terakhir yang beliau ucapkan adalah “Shalat…shalat dan budak-budak kalian.” Lantas ruh meninggalkan jasadnya dan wafatlah Nabi Muhammad SAW dengan tanpa mendhalimi orang lain. []
HABIS
Sumber: Misteri Malam Pertama di Alam Kubur/Jubair Tablig Syahid/Cable Book/Juni 2012.