KAHRAMAN MARS—Ny Ummu, sebut saja begitu, lebih banyak membisu. Sikapnya sedingin salju yang mengepung flat yang didiaminya sekeluarga. Pun ketiga anak Ummu, seperti kehilangan keceriaan kanak-kanak.
Tim Kemanusiaan LAZNAS Dewan Dakwah maklum akan sikap pengungsi asal Suriah di Kamp Kahraman Maras, Turki, itu. Bagaimana tidak. Ummu telah kehilangan banyak. Ayahnya, ibunya, suaminya, tewas tatkala bom menghantam rumah mereka di Suriah. Ny Ummu sendiri harus menyandang cacat akibat tersambar serpihan bom. Kini, di ruang sempit flat di pengungsian, ia harus menjadi single parent bagi ketiga anaknya yang tersisa.
Keluarga Ummu salah satu dari ribuan pengungsi Suriah di daerah Kahraman Maras. Kamp ini berjarak tempuh sekitar duabelas jam dari Istanbul dan dua jam dari perbatasan Suriah-Turki.
Di Kahraman Maras ada sekitar 100 ribu pengungsi Suriah dari total hampir 4 juta pengungsi Suriah di sepanjang perbatasan Suriah-Turki.
Para pengungsi Suriah di Lebanon dan Turki, rata-rata tidak bisa mendapat pekerjaan dengan gaji memadai untuk hidup sehari-hari. Mereka mencari nafkah sebagai kuli angkut di pasar, buruh di kebun, tenaga pembersih di restoran, atau jadi pedagang kaki lima.
Begitupun, pengungsi di Kahraman Maras kondisinya mendingan. Mereka dapat menyewa flat atau rumah sangat sederhana dengan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk penghangat ruangan. Kadang satu ruangan kecil diisi sembilan orang. Satu flat kecil bisa diisi tiga atau empat keluarga.
Anak-anak mereka difasilitasi oleh Hayrat Yardim yang mendirikan madrasah-madrasah tahfidz bagi anak anak TK hingga remaja. Selain di wilayah Turki, Hayrat juga membantu sekitar 10 ribu anak untuk terus belajar di madrasah yang didirikan di wilayah Suriah perbatasan.
Di Kahraman Maras, kunjungan Tim Kemanusiaan LAZNAS Dewan Dakwah pada medio Desember 2017 diterima oleh Wakil Walikota Maras, Mr Ramazan. Ia didampingi Mr Adnan sebagai Ketua Asosiasi NGO di Maras, dan Ustadz Feridun sebagai Ketua Hayrat Yardim untuk urusan Suriah. Mereka menyampaikan terima kasih atas dukungan masyarakat Indonesia kepada para pengungsi.
“Alhamdulillah, bantuan yang Kami distribusikan pada tahap awal ini sebesar 26.000 USD dengan penerima manfaat sekitar 2000 keluarga pengungsi,” ungkap Ade Salamun, Koordinator Tim Kemanusiaan LAZNAS Dewan Dakwah.
Tim Kemanusiaan LAZNAS Dewan Dakwah yang terdiri Ade Salamun (Jakarta), Sudarno Hadi (Jawa Timur), Syukri Hadi (Riau), Hery Kartono (Qatar), Habib Ismail (Solo), dan Son Haji Shodiqin (Lampung), juga mengunjungi kamp pengungsi di daerah Lembah Bekaa, Lebanon Timur, sekitar empat jam dari Beirut, ibukota Lebanon.
Menurut pemandu Tim Kemanusiaan LAZNAS Dewan Dakwah dari Ghirass Foundation (NGO lokal di Lebanon), ada kurang lebih 350.000 jiwa pengungsi Suriah di Lembah Bekaa. Jumlah ini merupakan sebagian dari total sekitar 3,5 juta pengungsi Suriah di Lebanon.
Pengungsi di Lembah Bekaa umumnya tidak mendapat akses pendidikan. Sedang sekolah swasta kelewat mahal bagi mereka. Akses kesehatan juga nyaris nihil bagi pengungsi.
Pengungsi yang mampu, dapat menyewa rumah sederhana dan memenuhi kebutuhan hidup bulanan dengan anggaran sekitar 600 USD. Namun kebanyakan tidak mampu, dan tinggal di tenda-tenda plastik yang rentan dibekap musim dingin.
Sejumlah NGO lokal maupun internasional yang selama ini aktif membantu para pengungsi di perbatasan, kewalahan juga. Pasalnya, jumlah pengungsi tiap hari terus bertambah. Tak hanya dari Suriah, tapi juga dari Palestina.
“Tenda-tenda yang ditempati pengungsi tembus air dan di dalamnya tanpa pemanas ruangan. Padahal, suhu udara sangat dingin menusuk hingga mencapai minus 15 derajat Celsius,” papar Ade Salamun.
Untuk meringankan derita para pengungsi terutama dalam menghadapi musim dingin, LAZNAS Dewan Dakwah menyalurkan bantuan berupa makanan pokok serta selimut dan jaket untuk sekeluarga.
Ade Salamun menjelaskan, distribusi bantuan pada itu bekerjasama dengan Ghirass Foundation dan NGO Turki, Hayrat Yardim.
Kini, ketika kita di Indonesia sebagian memasuki musim penghujan, para pengungsi Suriah tengah dibekap udara dingin yang membekukan. Semoga kita dapat terus bersyukur sambil berbagi. []