BOGOR—Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Moh. Siddik jelang Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Dewan Dakwah di Wisma Arga Mulya Kemendikbud Cisarua, Bogor, Jawa Barat, 19-21 Januari 2018, mengajak Dewan Dakwah Provinsi, Kabupaten/Kota, hingga Kecamatan, untuk menggiatkan pengajaran alquran.
Hal ini mengingat fakta masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa baca tulis alquran.
Menurut hasil survei tahun 1950, jumlah Muslim Indonesia yang tidak mampu membaca Quran sebesar 17%. Tigapuluh tahun kemudian (tahun 1980), persentase ini melonjak hingga 56%.
Ketua Umum LSM Ummi Maktum Voice Entang Kurniawan menyebut dari sekitar 2 juta tune netra Indonesia baru 10% diantaranya yang bisa membaca alquran Braille.
Hasil penelitian Institut Ilmu alquran (IIQ) Jakarta tahun 2012 menyatakan bahwa 65% umat Islam Indonesia buta aksara alquran (tidak dapat membaca Al-Quran), 35% nya bisa membaca alquran, namun 21% diantaranya tidak mau membaca Al-Quran.
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2013, ada sekitar 54 persen dari total populasi umat Islam di Indonesia yang tidak bisa membaca alquran.
Pimpinan Akademi Alquran Wildan Lc mengatakan, pada tahun 2016 sekitar 60 persen umat Islam di Indonesia belum bisa membaca alquran. Itu berarti hanya 40 persen umat Islam di Indonesia yang bisa membaca alquran. Namun, kata Wildan, umat Islam yang benar-benar lancar membaca kitab suci itu hanya 20 persen saja.
”Jadi, 80 persen umat Islam yang belum lancar membaca alquran. Banyak sekali umat Islam yang membaca Alquran tanpa memerhatikan tajwid,” ungkap Wildan.
‘’Itulah tantangan besar bagi gerakan dakwah di Indonesia, termasuk buat kami,’’ tukas Moh. Siddik dalam rilis yang diterima Islampos.
Sejauh ini pengurus pusat Dewan Dakwah sendiri sudah menyelenggarakan program sosialisasi Qur’an melalui Lembaga Tahsin dan Tahfizh AlQuran (LTQ) dan Qur’anic School.
LTQ dirintis sejak 2004, berawal dari kegiatan rutin mahasiswa STID Mohammad Natsir bertajuk Halaqah AlQuran di Kampus B Tambun, Jawa Barat.
Selain kegiatan rutin berupa pengajaran Tahsin dan Tahfizh alquran yang dilakukan di masjid Al-Bahr Pusdiklat Dewan Da’wah,
mata kuliah Tahsin Alquran dimasukkan kedalam kurikulum STID Mohammad Natsir.
Setelah program tahsin bagi mahasiswa ini dapat dirasakan hasilnya, maka LTQ memulai menggulirkan program-program nya kepada masyarakat umum di lingkungan kampus STID Mohammad Natsir dan Kecamatan Tambun-Bekasi pada umumnya.
Pada periode 2004-2006, peserta LTQ berjumlah sekitar 50 orang yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum.
Mulai 2006, lembaga ini melebarkan jangkauan dengan pembekalan guru-guru dalam dan luar Lembaga Tahsin dan Tilawah Alquran.
‘’Alhamdulillah, setiap tahun peminat LTQ kian banyak, dan antusias masyarakat makin tinggi. Sampai saat ini sebanyak 1.211 peserta aktif dengan rincian ikhwan 414 orang, akhwat 567, dan anak-anak 230 peserta,’’ ungkap Mudhir LTQ, Ustadz Aswan Haidi.
Ia menambahkan, sebagian almuni LTQ telah menjadi alumni yang berkiprah mengajarkan alquran di sejumlah masjid dan lembaga pendidikan di Jabodetabek.
Selain itu, LAZNAS Dewan Dakwah juga sudah lama mengemas program Kafilah Pecinta alquran (KPA).
Menurut manager program LAZNAS Dewan Dakwah Agung Gumelar, KPA terdiri program Waqaf Quran (mushaf dan tarjamah untuk umat binaan di pedalaman), Dauroh Tahsin Qura’n (Pelatihan untuk meningkatkan kualitas bacaan alquran para guru/da’i/khatib/mubaligh), Sertifikasi Guru alquran (ujian standarisasi kualitas bacaan alquran), dan Wisuda Guru alquran, yakni haflah pemberian sertifikat kepada guru/da’i/khatib/mubaligh yang lulus sertifikasi. []