BERLIN—Masjid-masjid di Jerman membuka pintu mereka bagi warga non-Muslim dalam upaya meruntuhkan mitos dan stereotip mengenai agama Islam.
Hampir 900 masjid di Jerman ikut serta dalam acara “Open Mosque Day”, acara tahunan yang diselenggarakan oleh sejumlah asosiasi Islam di Jerman sejak 1997.
Dr. Zekeriya Altug dari Persatuan Agama Turki-Islam (DITIB), salah satu organisasi Muslim terbesar di Jerman, mengatakan warga setempat menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap acara ini.
“Dengan membuka pintu untuk publik, kami ingin menunjukkan transparansi, keterbukaan untuk dialog, dan bahwa kita juga bagian dari komunitas,” katanya kepada Anadolu Agency di Masjid Pusat di kota Cologne.
Altug mengatakan kurangnya informasi mengenai arti sebenarnya agama Islam menjadi pemicu adanya rasa Islamofobia di Jerman.
“Bila orang tidak tahu banyak mengenai suatu hal, mereka makin khawatir dan takut mengenai hal itu. Ketakutan itu bisa disalahgunakan oleh mereka yang memiliki maksud buruk. Transparansi, membuka dialog dan komunikasi menjadi solusi untuk itu,” kata dia.
Sekitar 100.000 pengunjung ikut serta dalam acara yang diadakan di seluruh Jerman itu pada hari libur nasional menandai reunifikasi.
Islam dan Jerman
Jerman memiliki populasi hampir 4,7 juta umat Muslim. Dari jumlah itu, sekitar 3 juta beretnis Turki, keluarga generasi kedua atau ketiga yang migrasi ke Jerman pada tahun 60an.
Dalam beberapa tahun belakangan, salah satu negara terkuat di UE itu merasakan Islamofobia dan ketakutan terhadap imigran karena adanya propaganda dalam partai-partai sayap kanan ekstrem. Mereka mengeksploitasi kasus krisis pengungsi dan terorisme guna menimbulkan ketegangan di Jerman.
Partai sayap kanan ekstrem Jerman, AfD, menjadi partai terbesar ketiga di parlemen setelah meraih 12,6 persen suara pada pemilihan bulan lalu. Selama berkampanye, mereka menyerang kebijakan Kanselir Jerman Angela Merkel yang membuka jalan bagi pengungsi dan pencari suaka. AfD mengatakan Jerman menghadapi ancaman “Islamisasi” khususnya setelah hampir satu juga pengungsi, kebanyakan dari Suriah dan Irak, tiba sejak 2015.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan koran Bild menunjukkan hampir dua pertiga warga Jerman mengatakan “Islam tidak ada tempatnya di negara mereka”. Hanya 23,9 persen mengatakan Islam dibolehkan di Jerman demikian seperti dilansir dari Anadoluagency.[]